Rasa keadilan yang terusik tak bisa dikompensasi dengan pembangunan ekonomi. Ada dimensi yang lebih luas.

Untuk menghindari jebakan pendapatan menengah, pertumbuhan ekonomi harus di atas 6-7 persen. Ruang itu terbuka karena bonus demografi. Persoalannya, setelah tahun 2050, Indonesia mulai memasuki era penduduk usia lanjut.

Apakah dedolarisasi akan terjadi? Sepertinya terlalu pagi menyimpulkan RMB akan menggantikan dollar AS. Dalam jangka panjang arsitektur keuangan internasional mungkin multipolar, ada beberapa mata uang internasional.

Dampak runtun kolapsnya SVB, Signature Bank, dan Credit Suisse terhadap Indonesia tampaknya relatif terbatas. Namun, Indonesia tetap harus waspada. Situasi masih sangat rentan. Krisis perbankan bisa dipicu black swan.

Dampak resesi global terhadap Indonesia tak akan seburuk dampaknya pada Singapura, Korea Selatan, Taiwan, atau negara yang berorientasi ekspor. Kita diuntungkan oleh kurang terintegrasinya kita pada ekonomi global.

Mengapa Indonesia, walau jauh dari sempurna, mampu menghadapi berbagai persoalan ekonomi itu? Jawabannya bisa beragam. Namun, ada satu hal penting, yaitu pembangunan institusi sejak 1998, serta pilihan menjaga demokrasi.

Apakah Indonesia akan resesi? Menurut M Chatib Basri tidak. Tapi pertumbuhan akan melambat. Kita tak boleh lengah. Amunisi kita terbatas. Karena itu, prioritas kebijakan jadi penting. Tak bisa semua hal dilakukan.

Bagaimana pemerintah membiayai program perlindungan sosial terhadap kelompok miskin dan rentan? Perubahan alokasi subsidi BBM menjadi subsidi langsung dan bantuan teknologi digital dapat dipertimbangkan menjadi solusi.