Kecelakaan jet tempur F-35B Lightning II di North Charleston, AS, menguak banyak cerita. Sebuah laporan menyimpulkan kemampuan terbang F-35 masih jauh dari standar kelayakan.

Dua perusahaan kedirgantaraan dan persenjataan, BAE Systems asal Inggris dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat, memindahkan markas pusat untuk wilayah Asia mereka ke Jepang.

Dinamika geopolitik yang berkembang di kawasan, dimana Jepang menghadapi ancaman China dan dari Semenanjung Korea, serta isu Taiwan dinilai turut mendasari alasan perpindahan itu. Alasan, lain adalah sisi komersial.

Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan dapat memberikan hasil yang positif untuk kedua belah pihak dan tercapainya penyelesaian program helikopter hingga diserahkan ke Kementerian Pertahanan RI.

Produsen jet tempur Rusia, Rostec, tengah mengembangkan jet tempur generasi kelima dengan harga terjangkau. Jet tempur ini disebut-sebut memiliki kemampuan yang setara dengan F-35 buatan Amerika Serikat.

Australia mengonfirmasi pembelian 40 helikopter angkut taktis UH-60 Black Hawk dari Amerika Serikat. Pembelian itu akan memperkuat daya tahan dan lintas operasi AS dan Australia, dua dari tiga mitra dalam aliansi AUKUS.

Omzet 100 produsen utama persenjataan global hampir setara APBN Indonesia tiga tahun. Perusahaan AS mendapat omzet paling banyak. Adapun China dan Rusia memasok bahan mentah penting untuk produsen senjata global.

Selain teknologinya tidak kalah jauh, Korsel setuju alih teknologi dan produksi bersama jadi paket dalam penjualan senjata. Namun, Korsel tidak akan mengirimkan bantuan jika konsumennya diserang negara lain.