Kebijakan bekerja dari rumah saja tak cukup untuk mencegah penularan Covid-19. Ini baru efektif jika setiap rumah memiliki fasilitas bekerja dan belajar yang memadai, sarana hiburan, dan tetangga yang saling dukung.

Masih kurangnya pemahaman risiko penularan di masyarakat hingga jomplangnya data antarlevel pemerintahan menjadi problem yang belum tuntas. Semangat Jogo Tonggo saatnya menjadi modal untuk pengendalian kasus di Jateng.

”Jogo Tonggo” yang digulirkan Pemprov Jawa Tengah mengajak warga untuk saling menjaga tetangga dari ancaman Covid-19. Adapun pelaksanaannya belum optimal. Hal itu berdampak pada penularan di Jateng yang semakin masif.

Satuan Tugas Jogo Tonggo Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jateng, menyalurkan bantuan makanan kepada keluarga pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri, Sabtu (24/10/2020).

Pemprov Jateng memilih tak menerapkan denda bagi pelanggar protokol kesehatan. Ini hasil rapat dengan sejumlah pakar berbagai bidang, seperti antropologi, psikologi, dan politik-hukum, terkait pengendalian Covid-19.

Konsep "Jogo Tonggo"menjadi strategi meredam laju pandemi Covid-19 di Jawa Tengah. Alih-alih perang frontal, kebijakan ini pada prinsipnya menggugah kesadaran dan soliditas warga mulai dari tingkat terbawah.

Koordinasi dan monitoring penerapan sistem normal baru di sejumlah daerah yang akan diberlakukan mulai Juni 2020 perlu dilakukan. Hal ini penting agar penerapan normal baru tidak justru memicu pandemi gelombang kedua.

Efektivitas program ”Jogo Tonggo” di Jawa Tengah kini tengah diuji. Angka kumulatif kasus positif dan korban meninggal akibat Covid-19 di provinsi ini meningkat cukup besar mendekati masa Lebaran.