Menjaga marwah perpustakaan adalah dengan mengembalikan perpustakaan sebagai institusi pendidikan dan kebudayaan.

Literasi membaca, matematika, dan sains anak Indonesia rendah bukan karena mereka malas, tetapi karena kesempatan dan fasilitas kurang terdistribusi dengan baik.

Mental antikuarianisme, yaitu perhatian berlebihan terhadap fisik koleksi perpustakaan, dapat menghambat kemajuan para pustakawan. Seharusnya koleksi tersebut menjadi jembatan dalam memecahkan masalah nyata.

Perpustakaan memiliki peran yang esensial dalam menghadapi politik pengetahuan yang mengakar sejak era kolonial, salah satunya dengan mempercepat demokratisasi pengetahuan.

Pustakawan harus berperan aktif dalam memberikan informasi secara terbuka mengenai hasil-hasil penelitian terbaru kepada masyarakat. Dengan begitu, diharapkan sarjana independen tak lagi tersisih dari kegiatan akademik.

Selain menghadapi tantangan otomatisasi di era 4.0, pustakawan juga menghadapi tantangan untuk berpartisipasi dalam menyadarkan manusia melalui kegiatan literasi informasi di era Antroposen ini.