Karena gagap teknologi, berita bohong merusak kehidupan para lansia di Taiwan. Sebuah gerakan muncul melawannya.

Diperlukan kebijaksanaan pribadi dalam memilah dan memilih informasi yang baik, benar,dan bermutu. Membagikan informasi yang baik, benar, dan bermutu adalah upaya nyata menciptakaan ”bonum commune” (kebaikan bersama).

Berlimpahnya informasi di era banjir informasi membuat banyak orang bingung sehingga diperlukan filterisasi informasi agar informasi atau berita bohong tersaring tanpa harus diterima, disebarkan, dan dipercaya.

Saat pandemi seperti ini, bukan hanya virus yang berbahaya, melainkan juga berita hoaks yang membuat pandemi sulit terkendali. Karena itu, informasi benar seperti yang dihadirkan Kompas, sangat dibutuhkan.

Like a flood, a surge of information has engulfed everyone from policy makers to civilians in general. In the midst of these circumstances, the ability to sort out information and use it prudently has become a challenge

Banjir informasi menarik segenap perhatian penerimanya. Dengan keterbatasan perhatian yang dapat diberikan, penerima informasi cenderung memilih informasi yang paling membuatnya nyaman sehingga rentan terhadap hoaks.

With the increase in the intensity the search, a number of parties have warned that the protection of civilians in Papua should remain a priority.

The dissemination of hoaxes/fake news and cyberbullying creates low civility in Indonesia’s cyberspace. Digital literacy needs to be promoted intensively.