Menu
Cari
Berlangganan
Masuk
Mobile App
Reward
Kompas Hari Ini
Baru
Gerai
Institute
Weekend
Beranda
Polhuk
Pilkada 2024
Ekonomi
Wirausaha
Opini
Artikel Opini
Analisis Ekonomi
Analisis Budaya
Analisis Politik
Kolom
Tajuk Rencana
Surat Pembaca
Humaniora
Dikbud
Ilmiah Populer
Iptek
Kesehatan
Dana Kemanusiaan Kompas
Nusantara
Metro
Internasional
Olahraga
Tokoh
Sosok
Wawancara
Figur
Nama & Peristiwa
Gaya Hidup
Kendara
Gawai
Kuliner
Mode
Properti
Riset
Kajian Data
Linimasa
Survei
Investigasi
Tutur Visual
Video
Video Berita
Program
Dokumenter
Lainnya
cerbung anak bajang
Cinta memang tak pernah mulus, dan hanya dalam kemelutlah cinta hidup. Maka kemelut cinta itu harus diterima oleh semuanya.
Bagikan
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 120)
Cinta memang tak pernah mulus, dan hanya dalam kemelutlah cinta hidup. Maka kemelut cinta itu harus diterima oleh semuanya.
Sastra
·
27 Januari 2022 · 05:57 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 116)
Pesta mereka berakhir sudah. Dan mereka kembali hidup dalam keseharian yang biasa. Hidup yang tak mungkin terlepas dari beban dan derita.
Sastra
·
23 Januari 2022 · 06:41 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (115)
Ketika jiwa yang melayang ke masa silam itu kembali ke raganya, Dewi Citrawati pun merasa menemukan apa yang selama ini hilang dari dirinya. Ia begitu bahagia berada di tengah-tengah Taman Sriwedari.
Sastra
·
22 Januari 2022 · 06:30 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (114)
Berada di taman yang demikian indah, Dewi Citrawati merasa jiwanya terbang ke masa silam yang sangat jauh. Ia diajak kembali ke masa sebelum ia dilahirkan. Waktu itu ia belum ada. Yang ada hanyalah cinta.
Sastra
·
21 Januari 2022 · 09:14 WIB
Cerbung Anak Bajang
Sukrosono sejak bayi tersia-siakan tetapi justru mendapat asuhan alam yang membuatnya menjadi pribadi kuat, kesaktian luar biasa, namun baik hati dan pemaaf. Sebaliknya, Sumantri tampan namun pribadinya lemah.
Opini
·
21 Januari 2022 · 08:45 WIB
Iklan
Anak Bajang Mengayun Bulan (113)
Tiba-tiba di pelataran Maespati itu sudah tergelar taman yang amat indah. Semua mata seakan tak percaya akan apa yang dilihatnya. Bahkan Sumantri tak menyadari apa yang telah terjadi.
Sastra
·
20 Januari 2022 · 07:55 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (112)
Di kejauhan terdengar bunyi sangkakala, memanggil semua rakyat Maespati. Mereka berbondong-bondong duduk berdesak-desakan di tepi-tepi pelataran, menunggu apa yang akan terjadi di malam bulan purnama nanti.
Sastra
·
19 Januari 2022 · 05:12 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 110)
Ketika Sukrosono dilanda keraguan demikian, Taman Sriwedari itu tiba-tiba mengecil dan mengecil, lalu sama sekali lenyap, berubah menjadi sekuncup bunga Wijayakusuma.
Sastra
·
17 Januari 2022 · 06:39 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (109)
Sukrosono pasrah. Dipejamkanlah matanya. Raksasa-raksasa berkepala bulan itu menjunjungnya. Sukrosono merasa seperti terbang mengendarai bulan di tengah malam. Bulan membawanya pergi entah ke mana.
Sastra
·
16 Januari 2022 · 06:14 WIB
Anak Bajang Mengayun Bulan (108)
Mata Sukrosono memandang jauh, mengikuti aliran air kali Suranadi. Ke mana air itu pergi, ia tak bisa membayangkannya. Namun air itu selalu berbelok, di mana diperlukan.
Sastra
·
15 Januari 2022 · 06:15 WIB
Lihat Lainnya
Iklan