logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊPara Akademisi di Panggung...
Iklan

Para Akademisi di Panggung Politik Elektoral

Akademisi masuk ke panggung politik elektoral membantu kandidat dalam kampanye, sebagai penasihat, maupun masuk ke pemerintahan setelah kandidat menang. Namun, tak banyak yang terbuka mendeklarasikan afiliasi politiknya.

Oleh
Antony Lee
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/oN7SE0r2rVkKVl2hQWnOKab9qTo=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2FWhatsApp-Image-2020-01-23-at-15.52.18-1_1579769760.jpeg
KOMPAS/ANTONY LEE

Dave McRae, peneliti Asia Institute, The University of Melbourne, Australia (kanan) berbicara melalui konferensi video dalam ANU Research Network Workshop 2020 di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/1/2020). Dave mempaparkan hasil risetnya bersama pengajar sosiologi UNJ Robertus Robet tentang akademisi di panggung politik elektoral.

Masuknya para akademisi dalam politik elektoral bukan hal yang baru di Indonesia; baik sebagai penasihat kandidat presiden atau kepala daerah, tim kampanye bayangan, hingga membantu dalam pemerintahan setelah kandidat terpilih. Namun, bagaimana dampaknya jika para akademisi tersebut tidak mendeklarasikan afiliasi politiknya ke publik?

Setidaknya ada tiga motivasi yang mendorong akademisi di Indonesia berkecimpung di panggung politik elektoral, seperti diungkapkan Dave McRae, peneliti Asia Institute, The University of Melbourne, Australia dan pengajar sosiologi Universitas Negeri Jakarta Robertus Robet.

Editor:
Bagikan