logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊLiatnya Hidup Nelayan Natuna
Iklan

Liatnya Hidup Nelayan Natuna

Tiga bulan dalam setahun, angin utara menghempaskan hidup nelayan ke titik paling rendah. Pompong mereka yang ringkih untuk sementara harus menepi agar tak remuk dihantam ombak tinggi.

Oleh
PANDU WIYOGA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/So2NIoS4ZChNjSTvDiJMVmMrzpM=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F07a739de-d3d5-424f-aa1c-0a1076316ea2_jpeg.jpg
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Lukman (58), nelayan di Kecamatan Bunguran Timur Laut, Natuna, Kepulauan Riau, tengah beristirahat setelah mengurus tanamannya di ladang pinggir pantai, Selasa (14/1/2020). Dia berniat menjual lahan seluas 4 hektar itu kepada pengusaha resor untuk kemudian hasilnya dibelikan kapal pompong.

Tiga bulan dalam setahun, angin utara mengempaskan hidup nelayan ke titik paling rendah. Pompong mereka yang ringkih untuk sementara harus menepi agar tak remuk dihantam ombak tinggi. Namun, bukan orang Natuna namanya jika menyerah begitu saja. Mereka punya banyak cara menghadapi derita.

Mata hari tegak lurus dengan langit. Lukman (58) berjalan pelan membawa ember menuju kali kecil. Ia menciduk air keruh di kali itu banyak-banyak. Kemudian, dengan susah payah dan terbungkuk, ia menyirami tanaman nanas dan mangga yang baru seminggu ditanam di tanah berpasir dekat pantai. Tanamannya kecil dan kurus.

Editor:
aufrida wismi
Bagikan