Yang Muda Yang Cinta Sastra Kuno
Umur belia bukan halangan mencintai naskah kuno. Di Banyuwangi, Jawa Timur, tumbuh komunitas berburu dan mendalami manuskrip-manuskrip lawas. Mereka menggali nilai-nilai zaman dahulu untuk hidupnya di masa kini.
Belasan anak muda duduk melingkar. Para pemudi mengenakan kebaya hitam, pemudanya juga mengenakan setelan hitam, lengkap dengan udeng atau ikat kepala khas Osing, suku asli Banyuwangi.Mata mereka fokus membaca rangkaian aksara Arab pegon, aksara Arab tetapi memakai bahasa Jawa dengan modifikasi. Cukilan naskah yang mereka baca ialah bagian dari naskah Lontar Yusuf. Secara bergiliran para remaja membacakan larik-larik puisi Nabi Yusuf yang tertulis dalam 12 pupuh, 593 bait, dan 4.366 larik. Dahulu, puisi-puisi yang menceritakan kehidupan Nabi Yusuf tersebut ditulis di atas daun lontar.
Para remaja ini tergabung dalam komunitas Mocoan Lontar Yusuf Millenial. Mocoan artinya membaca. Mereka kini tak harus membaca lembaran lontar. Naskah Lontar Yusuf tersebut sudah dialihbahasakan dan disalin ke buku-buku yang diterbitkan terbatas.