logo Kompas.id
›
Utama›Lokalitas Memperkaya Bahasa...
Iklan

Lokalitas Memperkaya Bahasa Indonesia

Lokalitas harus dilihat sebagai realitas yang memperkaya bahasa Indonesia, bukan sebaliknya, dianggap merusak tatanan bahasa Indonesia baku.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU / IDA SETYORINI / SOELASTRI SOEKIRNO / Herlambang Jaluardi
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/09e5alOEgN3rfgxDODl41_DQEpc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20191028_ENGLISH-TAJUK_B_web_1572270705.jpg
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI

Sekitar 500 pelajar menari Zapin Pulau Penyengat dalam pembukaan Festival Gemala di Gedung Daerah Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Kamis (17/10/2019). Festival yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama pemerintah daerah itu bertujuan untuk melestarikan budaya Melayu.

JAKARTA, KOMPAS —Lokalitas harus dilihat sebagai realitas yang memperkaya bahasa Indonesia, bukan sebaliknya, dianggap merusak tatanan bahasa Indonesia baku. Sebagai bahasa tutur, bahasa Indonesia terbuka terhadap kemungkinan pengucapan yang spesifik, yang dikenal dengan dialek.

Dalam tiga tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan Kompas, Jumat (25/10/2019), jumlah entri kosakata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercatat 328.836 dengan maknanya mencapai 384.635. Entri kosakata itu, antara lain, berasal dari bahasa gaul dan bahasa daerah.

Editor:
Bagikan