logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊTanpa Bahasa Indonesia, ...
Iklan

Tanpa Bahasa Indonesia, Suku-suku yang Berbeda Tak Bisa Berkomunikasi

Bahasa Indonesia ibarat jembatan atas perbedaan yang disebabkan oleh kemajemukan suku, agama, dan budaya di Nusantara. Posisinya kian kukuh sebagai lingua franca di negara dengan lebih dari 17.000 pulau ini.

Oleh
Soelastri Soekirno dan Ester Lince Napitupulu
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/T-Mgg1HBWM0S3ve-uWEB5ozT14c=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2FAlor3_1572172203.jpg
KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Suasana Dusun B, Desa Probur Utara, Kecamatan Alor Barat, Daya Kabupaten Alor, NTT, Selasa (15/10/2019). Di pulau kecil yang berjarak lebih dari 2.000 kilometer dari Jakarta itu, orang berbincang-bincang dengan bahasa Indonesia yang baku.

JAKARTA, KOMPAS β€” Bahasa Indonesia ibarat jembatan atas perbedaan yang disebabkan oleh kemajemukan suku, agama, dan budaya di Nusantara. Posisinya kian kukuh sebagai lingua franca di negara dengan lebih dari 17.000 pulau ini. Kekukuhan itu secara serta merta pula mendorong semakin kuatnya rasa kebangsaan.

Posisi sebagai lingua franca dipercaya telah berlangsung sejak abad ketujuh pada masa Kerajaan Sriwijaya dalam rupa bahasa Melayu. Kongres II Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 mendaulat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sejak itulah, rasa kebangsaan Indonesia semakin mengental di dalam dada para pemuda.

Editor:
budisuwarna, arcanaputu
Bagikan