logo Kompas.id
UtamaParadoks Narasi Lingkungan
Iklan

Paradoks Narasi Lingkungan

Meskipun ikut “menghanyut” dalam dalam wacana, kebijakan dan tindakan mengelola lingkungan global, pemerintah tetap harus terjaga agar tidak “terhanyut” dan menafikan persoalan lingkungan tempatan.

Oleh
Budi Widianarko
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/bEAK2mS65prxFbKomoqZ_Bet_bI=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2FDSCF6552_1567422928.jpg
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA

Permukiman Kampung Bengek di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (2/9/2019).

Hanya berselang sehari, Harian "Kompas" menampilkan sebuah paradoks lingkungan yang begitu gamblang. Jika Kamis (5/9/2019) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan memaparkan catatan kiprah “heroik” Pemerintah Indonesia di kancah global dalam pasal perubahan iklim; keesokan harinya (Jumat 6/9/2019) dipaparkan kisah pilu Kampung “Bengek”, Penjaringan, Jakarta Utara, yang berdiri di atas dan dikepung sampah kota.

Paparan kota di atas gunungan sampah di ibukota negara Indonesia itu disertai dengan ilustrasi yang dramatis, yakni foto penggalan Kali Jambe di Tambun, Bekasi, Jawa Barat yang disesaki limbah plastik.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan