Hitam Putih Nasib Pembakar Arang Batok Kelapa
Pengusaha pembakaran arang pasrah mengikuti aturan. Mereka bersedia menutup sendiri usaha yang dikerjakan bertahun-tahun. Mereka menunggu kepastian langkah pemerintah berikutnya untuk membina hingga bisa berusaha.
Pasrah dan sedih. Itu kata yang keluar dari mulut pengusaha usaha mikro, kecil, dan menengah pembakaran arang batok kelapa, di Jalan Inspeksi Cakung Drain, Cilincing, Jakarta Utara, saat ditanyai tentang rencana mereka ke depan. Setelah 20-an tahun bergantung hidup dengan menjual arang, pada akhirnya mereka dipaksa merobohkan lapak usaha mereka sendiri.
Sudirman (59), pengusaha arang, menatap kosong drum-drum yang biasanya digunakan membakar batok kelapa menjadi arang. Satu bulan yang lalu, di tempat itu ia bersama istrinya setiap saat sibuk melawan perihnya asap demi memastikan batok kelapa di dalam drum itu terbakar sempurna.