logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊRekonsiliasi dan Amendemen UUD
Iklan

Rekonsiliasi dan Amendemen UUD

Oleh
Saurip Kadi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yRimcGWJq3f2j1xAKpHGDDAho3o=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2Ff6afa261-cc9c-4b99-a76f-02d8aa4e5edd_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Tari Bhineka Tunggal Ika menyemarakkan acara silahturahmi dan dialog tokoh bangsa bertema "Pancasila Perekat Kita, Satu Nusa Satu Bangsa" di Hotel Grand Sahid Jakarta, Senin (12/8/2019). Kegiatan yang dimotori oleh Forum Rekat Anak Bangsa dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) itu dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional seperti Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Wakil Presiden Keenam Try Sutrisno, pengasuh Ponpes Tebuireng Sholahudin Wahid, Ketua MUI Jawa TengahHabib Luthfi dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Rachmawati Soekarnoputri.

Potensi konflik pada negara yang berdiri di atas bangsa majemuk memang besar, tapi sebaliknya dari kemajemukannya akan lahir harmoni, keindahan dan bahkan daya bertahan hidup (survival) yang tidak mungkin dijumpai pada negara yang bangsanya homogen. Fakta juga membuktikan, tak sedikit negara yang majemuk justru berhasil membangun peradaban bangsanya dengan gemilang. Sebaliknya, banyak negara homogen, malah terus dilanda konflik internal berkepanjangan dan sudah barang tentu dengan biaya politik sangat besar termasuk jatuhnya korban di antara anak bangsanya sendiri.

Lantas bagaimana dengan Indonesia yang sangat majemuk, ke depan, kalau realitanya sudah 21 tahun masa demokratisasipun terus dilanda politik gaduh dengan latar belakang SARA, seperti yang baru-baru saja terjadi, yaitu kasus rasis terhadap mahasiswa kita asal  Papua.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan