logo Kompas.id
UtamaKetika Dunia Bersatu Melawan...
Iklan

Ketika Dunia Bersatu Melawan ”Kutukan”

Sebagai negara dengan jumlah kasus baru kusta terbanyak di dunia, Indonesia harus serius belajar dari penanganan penyakit ini di tingkat global. Program yang berkesinambungan dan konsisten menjadi kunci kesuksesannya.

Oleh
Rangga Eka Sakti
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ZSWC4jIPEzXg-dkA2Oqj27r0fmo=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2FIMG_20190903_115856_1567620810.jpg
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Penanggung jawab Kusta Dinkes Sumut Akhmad Rivai menunjukkan obat kusta yakni multi drug therapy (MDT), di Medan, Selasa (3/9/2019). Sumut sudah mencapai status eliminasi dengan prevalensi di bawah 1 kasus per 10.000 penduduk. Namun, temuan kasus baru masih terus muncul.

Kusta menjadi ancaman peradaban manusia selama ribuan tahun saat peradaban China dan India kuno mencatatnya pertama kali. Dalam kitab suci, penyakit itu pernah dituding sebagai simbol hukuman atas dosa seseorang. Bahkan, ada mitos yang menganggap itu sebagai kutukan. Hingga kini, penyakit yang disebabkan sejenis bakteri ini belum ditemukan vaksinnya..

Kasus kusta hampir dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia, tetapi ada beberapa negara yang menjadi ”titik panas” penyakit ini. Negara-negara tersebut umumnya bercorak iklim tropis, yaitu India, Brasil, Indonesia, Kongo, dan Bangladesh. India, Brasil, dan Indonesia menjadi negara dengan kasus kusta baru terbanyak, mencakup 80 persen kasus kusta dunia.

Editor:
Bagikan