logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊPenelitian dan Perlindungan...
Iklan

Penelitian dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati Harus Seiring

Oleh
ICHWAN SUSANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ofVbIz1QUUPsH0xh6LrdkUABI4c=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2Fa6bf6dc9-6fbf-4254-bca6-58d727cb302f_jpg.jpg
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Prof Bambang Subiyanto, Ketua Majelis Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Selasa (20/8/2019) di Jakarta, menyalami Ignasius Dwi Atmana Sutapa (Puslit Limnologi LIPI), satu dari empat profesor riset yang saat itu dikukuhkan. Tiga peneliti lain yang dikukuhkan tersebut adalah Jamilah, Nina Artanti, dan Anny Sulaswatty (Pusat Penelitian Kimia LIPI).

JAKARTA, KOMPAS β€” Kekayaan hayati Indonesia seolah tak habis untuk dieksplorasi manfaatnya bagi kehidupan. Mulai dari obat berbagai penyakit hingga pemanfaatan untuk pangan, zat aditif, dan perteknikan. Ini memperkuat akan pentingnya perlindungan bagi ekosistem alami tempat tumbuhan tersebut hidup.

Menurut data LIPI, terdapat 30.000 tanaman di Indonesia sekitar 9.000 jenis diantaranya bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Namun di lapangan, baru 1.000 jenis tanaman yang dimanfaatkan industri menjadi 283 jenis jamu. Selanjutnya, jamu yang telah terstandar herbal berjumlah 60 dan selanjutnya hanya 20 obat herbal telah teruji secara fitofarmaka atau teruji secara klinis.

Editor:
yovitaarika
Bagikan