logo Kompas.id
β€Ί
Utamaβ€ΊPenyusutan Habitat Gajah...
Iklan

Penyusutan Habitat Gajah Perparah Konflik

Kebijakan deforestasi telah memicu konflik berkepanjangan antara gajah sumatera dan manusia di ekosistem Bukit Tigapuluh, Jambi. Menyusutnya habitat satwa itu secara drastis membuat konflik meningkat empat kali lipat selama hampir 10 tahun terakhir.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/MMFvfT0xQIiTWgGv_o2XH4nzvnk=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2F71454589_1539614146.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Tiga gajah jinak dari Pusat Pelatihan Gajah Minas, Riau, didatangkan ke wilayah Muara Tabir, Kabupaten Tebo, Jambi, untuk menggiring gajah-gajah liar menuju habitat baru dalam proses translokasi gajah, Rabu (26/9/2018). Translokasi itu menjadi bagian penyelamatan gajah tersisa dari ancaman konflik dan kepunahan.

JAMBI, KOMPAS - Kebijakan deforestasi telah memicu konflik berkepanjangan antara gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan manusia di ekosistem Bukit Tigapuluh, Jambi. Menyusutnya habitat satwa itu secara drastis membuat konflik meningkat empat kali lipat selama hampir 10 tahun terakhir. Kondisi itu tanpa penanggulangan berarti.

Unit Mitigasi Konflik Gajah (ECMU) Frankfurt Zoological Society (FZS) mendata sebanyak 346 konflik gajah dan manusia sepanjang 2018 lalu. Rangkaian kejadian itu telah mengakibatkan 9.161 tanaman karet dan sawit mati, 2.475 batang tanaman dan pondok rusak, serta kematian seekor gajah.

Editor:
Mohamad Final Daeng
Bagikan