logo Kompas.id
โ€บ
Utamaโ€บKota, yang Dicinta yang Patut ...
Iklan

Kota, yang Dicinta yang Patut Diperjuangkan (2)

Oleh
neli triana
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/jR29miM0L3qTbN0PAOqJyY3FY_0=/1024x1024/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2F465335_getattachment1726ddde-10ea-48ee-8d0f-ad12e660c809456720.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga beraktivitas di Taman Hutan Kota Penjaringan, Jakarta, Jumat (25/8). Pada pagi dan sore hari, hutan kota ini banyak didatangi warga untuk jalan-jalan, lari, maupun sekedar duduk-duduk untuk melepas penat. Foto : arsip Kompas.

Bicara soal kota terasa tiada habisnya. Selalu menarik dan juga sering menjadi membosankan. Namun, memahami kota memang tidak mudah. Dari artikel sebelumnya, โ€Aku dan Kotaku: yang Dicinta yang Patut Diperjuangkan (1)โ€, pesan kuat yang ingin disampaikan adalah kota dan manusia penghuninya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Manusialah penentu muncul dan berkembang serta matinya kota.

Coba yuk menelisik lagi apa itu kota. Lewis Mumford dalam artikelnya, โ€What is a Cityโ€, menegaskan bahwa manusia sebagai elemen utama pembentuk kota. Yang paling mendasar, ia menyatakan, kota tidak bisa didefinisikan hanya berdasarkan wujud fisik bangunan-bangunan di dalamnya.

Editor:
Bagikan