SOSOK
Kristine Hara Tola, Melawan Ketidakadilan dengan Kain Sumba
Bagi Kristine, kain tenun adalah simbol perlawanan atas sengkarut masalah agraria di atas keindahan sabana Sumba Timur.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F10%2Fd2e4ae71-90e0-4c99-8e66-0a40f15a1dfb_jpg.jpg)
Pemudi adat Sumba, Kristine Hara Tola berpose, di depan koleksi kain-kain tenun Sumba di teras rumahnya di Kampung Patanning, Desa Rindi, Sumba Timur, Selasa (9/1/2024).
Orang awam mungkin melihat selembar kain tenun sumba hanya sebagai kain khas tradisional suku Sumba, Nusa Tenggara Timur. Namun, tidak bagi Kristine Hara Tola yang menjadikan kain tenun sebagai simbol perlawanan atas sengkarut masalah agraria di atas hamparan keindahan hamparan sabana Sumba Timur.
Puluhan kain tenun warna-warni Kristine bentangkan di teras rumah panggungnya yang menjadi etalase dadakan dengan harapan orang akan mampir membeli. Motifnya beragam, mulai dari motif hewan seperti kuda, buaya, burung, hingga ayam. Ada pula motif mamuli khas tenun sumba yang melambangkan kesuburan perempuan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 16 dengan judul "Kain Tenun Simbol Perlawanan".
Baca Epaper Kompas