Bawong Pamit Senja Terbuka
Evi tahu Aya sensitif bila membahas piaraan mereka. Tapi dia tidak menyangka kalimatnya tadi mengguncang si adik. Serta-merta dipeluknya Aya.
Menderam geram Aya berujar, ”Jagal jahanam kamu, Kak!” Andai mulutnya mampu menganga segigantik rahang paus sperma, sekali caplok, lenyap si kakak seketika. Tapi setelah itu, segera dimuntahkannya. Bagaimanapun jengkelnya Aya pada Evi, dia tetap kakak kandungnya.
”Pakai logika, Aya, jangan baper. Daripada kelamaan ia merana kesakitan. Hidupnya dipenuhi kecemasan. Dicemburui lalu dihajar kawanannya sampai berdarah-darah. Terus kamu repot merawatnya. Lebih baik ia segera ´ditidurkan´. Meringankan beban semua pihak. Toh pada akhirnya, semua makhluk hidup pasti mati, kan?” sahut Evi ringan serenyah mengunyah kerupuk.