Tantangan Investasi Asing dan Komitmen Calon Pemimpin Negeri
Para calon pemimpin negeri diharapkan memiliki strategi untuk menarik lebih banyak investor asing masuk ke Indonesia.
Indonesia menargetkan mendatangkan banyak investasi dari luar negeri guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah fenomena perlambatan ekonomi dunia dan gejolak tahun politik. Para calon pemimpin negeri diharapkan mampu menawarkan beragam strategi untuk menarik lebih banyak investor menanamkan modalnya di Indonesia.
Investasi asing atau penanaman modal asing masih menjadi penopang penting bagi perekonomian nasional, selain tentunya investasi dalam negeri. Kontribusi investasi asing tercatat mencapai lebih dari separuh dari total investasi di Indonesia.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, total realisasi investasi langsung di Indonesia sepanjang 2023 mencapai Rp 1.418,9 triliun. Dari total realisasi investasi itu, investasi dalam negeri (penanaman modal dalam negeri) tercatat Rp 674,9 triliun atau 47,6 persen. Di sisi lain, proporsi investasi asing pada 2023 mencapai 52,4 persen.
Proporsi investasi asing tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun 2022. Investasi asing masih cenderung lebih banyak dibandingkan investasi dalam negeri. Realisasi investasi asing tahun 2022 tercatat sebesar Rp 654,4 triliun atau 54,2 persen dari total investasi. Sementara investasi dalam negeri tercatat sebesar Rp 552,77 triliun (45,8 persen).
Selama tiga tahun pandemi, investasi asing meningkat lebih tinggi dibandingkan investasi dalam negeri. Setelah hanya tumbuh 1,6 persen pada tahun 2020, investasi asing tumbuh 8,5 persen pada 2021 dan melonjak menjadi 44,2 persen pada tahun 2022. Sementara pada 2023, pertumbuhan realisasi investasi asing mengalami perlambatan, hanya tumbuh 13,7 persen.
Namun, kendati realisasi investasi terus tercapai, nilai itu belum cukup untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat ke level 6-7 persen demi menapaki target menjadi negara maju pada 2045. Ini terbukti dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang stagnan di angka 5 persen.
Kontribusi investasi asing pada perekonomian nasional juga turut dikonfirmasi dalam laporan World Investment Report dari United Nation Conference on Trade and Development 2023. Laporan itu menyebut aliran investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) ke Indonesia mencapai 21,96 miliar dollar AS dan membuat posisi Indonesia menempati peringkat ke-2 di kawasan Asia Tenggara.
Meski demikian, pertumbuhan arus investasi langsung asing di Indonesia itu masih kalah dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Tercatat arus investasi langsung asing yang masuk ke Indonesia rata-rata hanya 5 persen dari keseluruhan investasi fisik atau pembentukan modal tetap bruto. Angka tersebut terhitung kecil jika disandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Filipina.
Baca juga: Bank Dunia Ramal Investasi Global 2024 Lesu, Sinyal Buruk bagi Indonesia
Sebagai penopang perekonomian nasional, masuknya investor asing yang menanamkan modal di suatu negara akan menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Masuknya investor asing juga menumbuhkan kompetisi di pasar sehingga terjadi inovasi yang membuat barang dan jasa menjadi lebih murah. Dengan begitu, daya beli masyarakat pun akan meningkat.
Selain itu, mengingat adanya kompetisi yang terjadi, setiap produsen dan pemain dalam suatu industri akan berlomba-lomba untuk menjadi yang paling efisien dengan terus berinovasi. Masuknya investor asing juga sering kali dibarengi dengan transfer teknologi sehingga bisa mendongkrak produktivitas. Di sisi lain, negara juga turut menikmati manfaat melalui setoran pajaknya, baik dari pajak perusahaan maupun pajak pekerja asing.
Gagasan investasi capres
Pentingnya meningkatkan arus investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, ke Indonesia itu juga disadari ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, yang akan berkontestasi pada 14 Februari 2024 mendatang. Ketiga pasangan calon tersebut menawarkan beragam gagasan dan rencana untuk meningkatkan investasi asing masuk ke Indonesia, seperti dipaparkan dalam dokumen visi-misi mereka.
Pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, memaparkan akan mempermudah proses memulai dan menjalankan usaha, termasuk dalam hal mendapatkan izin usaha, mengurus izin mendirikan bangunan, memperoleh akses listrik, mendaftarkan properti, melakukan ekspor-impor, membayar pajak, melindungi investor, mendapatkan kepastian atas kontrak, dan memperoleh kredit.
Mereka juga ingin memastikan setiap kebijakan terkait investasi akan konsisten dan melibatkan dunia usaha, masyarakat sipil, dan pemerintah daerah secara setara, saling menghormati, dan dengan tujuan yang produktif bagi Indonesia.
Selain itu, mereka akan meningkatkan investasi di Indonesia dengan merawat investor yang sudah ada serta merangkul investor baru. Insentif diberikan kepada keduanya secara adil dan transparan. Selanjutnya, memastikan investasi efektif dan efisien dengan menurunkan incremental capital output ratio (ICOR) dari 7,3 (2021-2022) menjadi 5,0 (2025-2029).
Terkait birokrasi, mereka akan meningkatkan efisiensi dan profesionalisme birokrasi melalui manajemen satu pintu dalam bidang investasi serta mendorong pemerintahan digital (e-government) untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memfasilitasi kemudahan dalam berusaha.
Baca juga: Hilirisasi dan Peningkatan Kompleksitas Ekonomi
Pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, juga berkomitmen untuk mengembangkan program-program pembiayaan inovatif untuk menarik investasi ke dalam negeri sebagai bagian dari program industrialisasi dan hilirisasi. Selain itu, mereka juga akan membenahi iklim investasi dengan kepastian regulasi yang ramah, transparan, dan kompetitif dengan negara lain
Sementara itu, pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, seperti diungkap baik dalam visi-misi maupun penyampaian langsung oleh kandidat, menyiapkan tiga strategi besar untuk menarik investasi lebih besar dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran di dalam negeri.
Strategi pertama adalah memberikan kepastian hukum bagi para investor untuk meningkatkan aliran modal dari luar negeri ke Indonesia. Kedua, pihaknya akan melakukan perbaikan regulasi dari birokrasi guna menarik pemodal asing. Regulasi akan disusun dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Sementara strategi ketiga adalah memperbaiki sistem kelembagaan dengan mencari aktor yang kredibel untuk ditugaskan di bidangnya.
Tantangan investasi asing
Terlepas dari beragam gagasan dan program yang ditawarkan ketiga calon pemimpin negeri tersebut, pemerintah sebenarnya telah merancang berbagai langkah kebijakan untuk meningkatkan investasi. Beberapa kebijakan yang diambil adalah merevisi 72 undang-undang yang dianggap menghambat investasi dengan menggunakan skema omnibus law, yaitu undang-undang yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu regulasi. Sebelumnya, pemerintah juga telah berupaya menyederhanakan izin bagi para pengusaha dengan meluncurkan online single submission (OSS).
Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya meningkatkan aliran investasi asing ke Tanah Air secara signifikan. BKPM mencatat, setidaknya masih ada lima kendala yang dihadapi investor dalam berinvestasi di Indonesia yang membuat minat investasi asing ke Indonesia menurun.
Kelima kendala itu meliputi regulasi berbelit, akuisisi lahan yang sulit, infrastruktur publik yang belum merata, pajak dan insentif nonfiskal lain yang tidak mendukung, serta tenaga kerja terampil yang belum memadai.
Sementara itu, untuk tahun ini, kinerja investasi Indonesia diperkirakan masih menghadapi beragam tantangan, baik global maupun domestik. Di tingkat global, ketegangan dan peperangan mulai dari perang Ukraina dan Rusia yang belum berakhir hingga ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Israel dan Palestina, dikhawatirkan memperburuk kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Melambat sampai Dua Tahun ke Depan
Kondisi tersebut diyakini akan berdampak pada aliran investasi asing langsung, termasuk ke Indonesia. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang menjadi destinasi investasi global, khususnya pada sektor manufaktur.
Dalam laporan bertajuk โProspek Ekonomi Global edisi 2024โ, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melambat ke angka 2,4 persen. Proyeksi ini memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat selama tiga tahun beruntun.
Tertulis dalam laporan tersebut, perlambatan ekonomi dunia pada tahun 2024 merupakan dampak kebijakan moneter ketat yang ditempuh negara-negara maju untuk mengendalikan inflasi. Imbasnya, aktivitas investasi global akan ikut terhambat.
Proyeksi kondisi global dari Bank Dunia tahun ini tentu meningkatkan kewaspadaan Indonesia yang mengejar realisasi investasi langsung Rp 1.650 triliun demi mengamankan target pertumbuhan ekonomi 2024 di kisaran 5,1-5,7 persen. Sementara itu, di dalam negeri, faktor tahun politik membuat ketidakpastian meningkat. Hal itu membuat investor asing ragu-ragu menanamkan modal di Indonesia.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, membutuhkan pertumbuhan pesat investasi, termasuk penanaman modal asing. Pasalnya, negara-negara yang mengalami percepatan investasi sering kali memperoleh keuntungan ekonomi.
Akhirnya, siapa pun nantinya yang akan terpilih pada pilpres mendatang diharapkan terus berupaya menarik investasi asing ke dalam negeri demi membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah juga perlu tetap menjaga iklim investasi dan stabilitas ekonomi nasional di tengah gejolak tahun politik. (LITBANG KOMPAS)