Membaca Peta Persaingan Tiga Capres di Luar Jawa
Konfigurasi politik di Jawa relatif sulit diubah petanya dibandingkan luar Jawa. Bagaimana petanya?
Bertajuk #EkspedisiAMIN, calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan melakukan safari politik ke Provinsi Kepulauan Riau, tepatnya di Kota Batam. Dalam unggahan di akun Instagram miliknya pada 19 Januari 2024, Anies menceritakan sedikitnya dua pengalaman.
Pertama, tampak sambutan dengan upacara adat yang dilakukan oleh keluarga besar Lembaga Adat Melayu di provinsi tersebut untuk Anies. Unggahan kedua, tampak Anies berkeliling di Pasar Tradisional TOS 3000.
Dalam takarir (caption) di unggahan tersebut, Anies menuliskan bahwa warga yang ditemui berharap agar harga kebutuhan pokok lebih stabil. Berikutnya ia menuliskan bahwa tata niaga kebutuhan pokok akan diperbaiki demi menjaga harga murah.
Berikutnya, calon presiden nomor urut dua pun mengunggah di akun Instagram-nya terkait kegiatan kampanyenya. Jika Anies di Batam, Prabowo Subianto mengunggah kegiatan kampanyenya di Pontianak, Kalimantan Barat.
Dituturkan dalam takarir unggahannya 20 Januari 2024 tersebut bahwa kegiatan pertama Prabowo adalah bersilahturahmi dengan pemuka adat suku Dayak, yakni bertemu Panglima Jilah dan pasukan merah Tariu Bornei Bangkule Rajak (TBBR).
Masih dalam postingan yang sama, Prabowo mengenang tatkala masih aktif di militer, pasukannya dilatih senjata tradisional dan cara bertahan hidup di hutan oleh suku Dayak. Dalam unggahan berikutnya, Prabowo menceritakan bahwa setelah dari Kalimantan Barat, ia bertolak ke Kalimantan Selatan.
Tak ketinggalan, pada 20 Januari 2024, Ganjar Pranowo mengunggah kegiatannya di Bali. ”Lapangan Puputan Renon malam ini pecah banget,” tulis Ganjar di takarir. Dalam unggahan itu, Ganjar menuliskan bahwa kegiatan yang berlangsung di Bali tersebut dihadiri puluhan ribu Sahabat Ganjar.
Kegiatan Ganjar bertajuk Pesta Rakyat Ganjar Mahfud di Bali ini melanjutkan safari politiknya yang sejak awal tahun terkonsentrasi di sejumlah wilayah Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Unggahan Ganjar di Bali ini, jika dilihat secara linimasa (timeline), merupakan kegiatan lanjutan setelah grup musik Slank menyatakan dukungan kepadanya.
Sampai di sini, terlihat bahwa dalam akun Instagram setiap capres dalam kurun waktu seminggu terakhir, ketiganya melakukan safari politik di wilayah luar Pulau Jawa.
Hal ini tak bisa hanya dimaknai sebagai kebetulan. Sebaliknya, tampak bahwa dalam kalkukasi setiap capres, menonjolkan aktivitas politik masing-masing di luar Jawa perlu dilakukan.
Baca juga: Akankah Jawa Tengah Tetap Jadi ”Kandang Banteng”?
Luar Jawa
Jika merujuk pada daftar pemilih tetap (DPT) yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), ada sekitar 204 juta pemilih yang berhak menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2024.
Dari jumlah tersebut, sekitar 112 juta pemilih berdomilisi di Pulau Jawa. Sementara itu, jika dilihat provinsi lain di luar Pulau Jawa, terdapat sekitar 92 juta pemilih atau 45,1 persen.
Menguasai persaingan di Pulau Jawa tentu akan membawa dampak yang sangat signifikan. Akan tetapi, menjaga kekuatan elektoral di luar Jawa bisa menjadi faktor penentu berikutnya. Apalagi jika mengingat basis-basis kuat politik yang sudah terbentuk di wilayah Jawa, dinamika yang lebih cair sangat mungkin terjadi di luar Pulau Jawa.
Berdasarkan hasil survei Kompas periode Desember 2023, dapat dilihat peta elektoral pasangan calon presiden dan wakil presiden di luar Jawa. Pasangan nomor urut satu Anies-Muhaimin meraih elektabilitas di luar Jawa sebesar 18,2 persen.
Jika dibandingkan dengan elektabilitas nasional 16,7 persen dan 15,6 persen di Pulau Jawa, angka elektabilitas Anies-Muhaimin di luar Jawa lebih tinggi. Hal ini menunjukkan potensi elektoral di luar Jawa yang dapat diperkuat oleh pasangan nomor urut satu ini. Sementara ada pekerjaan rumah untuk menguatkan basis pemilihnya di Pulau Jawa.
Jika dilihat dari elektabilitas partai pengusungnya, Nasdem menunjukkan pola yang sama. Di Pulau Jawa, elektabilitas Nasdem berada di angka 3 persen, sedangkan di luar Jawa elektabilitasnya 7,7 persen. Berkebalikan dengan Nasdem, PKB memiliki basis yang lebih kuat di Pulau Jawa dengan elektabilitas 10,8 persen. Sementara di luar Jawa elektabilitas PKB 2,9 persen.
Berikutnya, pasangan Prabowo-Gibran menunjukkan kekuatan yang cenderung lebih besar di luar Pulau Jawa. Dengan elektabilitas nasional 39,3 persen, pasangan nomor urut dua ini memiliki elektabilitas 42,8 persen di luar Jawa. Sementara itu, Prabowo-Gibran dipilih oleh 36,7 persen responden yang berdomisili di Pulau Jawa.
Kecenderungan yang sama terlihat pada Partai Gerindra sebagai pengusung utama pasangan ini. Elektabilitas nasional Gerindra sebesar 21,9 persen. Di luar Jawa, Gerindra dipilih oleh 25 persen responden. Sementara di Pulau Jawa, Gerindra mendapatkan elektabilitas sebesar 19,4 persen.
Pola yang berbeda terjadi pada pasangan nomor urut tiga, Ganjar-Mahfud. Jika dua pasangan calon sebelumnya menunjukkan angka cenderung lebih kuat di luar Jawa, pasangan nomor urut tiga ini menunjukkan basis kekuatan politik yang lebih besar di Pulau Jawa.
Dengan elektabilitas nasional 15,3 persen, Ganjar-Mahfud dipilih sebanyak 18,4 persen responden di Pulau Jawa. Sementara di luar Jawa, pasangan ini meraih elektabilitas 11,2 persen.
Pola yang sama ditunjukkan oleh PDI-P sebagai partai pengusung utama Ganjar-Mahfud. Di Pulau Jawa, elektabilitas PDI-P sebesar 20,7 persen. Sementara di luar Jawa, partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri ini dipilih oleh 15,3 persen responden.
Apa yang tergambar dari data di atas terlihat bahwa baik pasangan capres-cawapres maupun partai politik pengusungnya cenderung menunjukkan basis kekuatan yang sama.
Memandang perbandingan elektabilitas di Pulau Jawa dan luar Jawa sebagai basis strategi elektoral, pasangan nomor urut satu dan dua perlu meningkatkan daya gedornya di Pulau Jawa dan mempertahankan raihan di luar Jawa. Sebaliknya, pasangan calon nomor urut tiga perlu memperhatikan elektabilitasnya di luar Jawa dan menguatkan basis pemilih di Pulau Jawa.
Dalam hari-hari mendekati pemilu, safari politik yang dilakukan oleh setiap capres tentu akan makin intensif. Pengumpulan massa dalam jumlah banyak di suatu tempat ataupun bertemu dengan warga di tempat-tempat umum menjadi model yang tampak akan dilanjutkan.
Harapannya, tidak hanya pragmatisme mendulang suara yang dikedepankan, tetapi juga sungguh-sungguh gerak politik yang dilakukan merupakan upaya calon pemimpin makin mengenal keseharian hidup rakyatnya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Pilihan Politik Dipengaruhi Keluarga