logo Kompas.id
RisetPenguasaan Data dalam Debat...
Iklan

Penguasaan Data dalam Debat Capres Jadi Perhatian Warganet

Argumentasi berbasis data dalam debat capres menjadi topik yang mengundang banyak perhatian dari warganet di Indonesia.

Oleh
YULIUS BRAHMANTYA PRIAMBADA
· 5 menit baca
Usai Debat, 77,5 Persen Loyal terhadap Pilihan Capres
KOMPAS

Usai Debat, 77,5 Persen Loyal terhadap Pilihan Capres

Awal tahun 2024 dibuka dengan Debat Ketiga Calon Presiden Pemilu 2024. Adu argumentasi berbasis data menjadi salah satu topik yang mengundang banyak perhatian dari masyarakat Indonesia, terutama dari kalangan warganet. Penguasaan data dan keterampilan menyampaikan di depan publik menjadi topik yang marak menjadi pembicaraan.

Istora Senayan berubah menjadi medan laga perdebatan ketiga calon presiden Indonesia pada Minggu, 7 Januari 2024. Dalam momen Debat Ketiga Capres 2024 itu, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saling berhadapan dan mengadu gagasan terbaiknya dalam isu pertahanan, keamanan, internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.

Setelah debat usai, area silang pendapat para kandidat dilanjutkan perseteruannya oleh para warganet ke jagat media sosial. Adu data antarcapres menjadi salah satu topik paling hangat yang dibicarakan oleh para netizen. Komentar Presiden Jokowi terkait debat pun tak ketinggalan mendapat sorotan. Sementara itu, sejumlah netizen tampak berusaha mencairkan ketegangan debat dengan meme dan lelucon-lelucon ringan.

Dinamika reaksi warganet mengenai Debat Ketiga ini ditangkap Litbang Kompas melalui pemantauan media sosial dan pemberitaan digital menggunakan aplikasi Talkwalker selama tiga hari (7-9 Januari 2024). Pemantauan tersebut menggunakan kata ”debat” sebagai query utama dan dibatasi hanya di wilayah Indonesia.

Hasilnya, perbincangan tentang ”debat” menghasilkan 885.700 unggahan; 10,3 juta interaksi, dan berpotensi menjangkau 60,7 miliar akun. Adapun unggahan merupakan semua bentuk konten yang diunggah ke jagat maya, sedangkan interaksi merupakan segala macam bentuk respons yang diberikan warganet terhadap konten tersebut, baik berupa klik, likes, shares, maupun komentar.

Baca juga: Debat Pilpres dalam Perbincangan Warganet

Ekspresi capres Anies Baswedan saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Ekspresi capres Anies Baswedan saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

Ketika disaring berdasarkan nama capres, percakapan debat terkait ”Anies” memberikan 221.700 unggahan dan 10,3 juta interaksi. Lalu, ”Prabowo” memiliki 267.400 unggahan dan 5,7 juta interaksi. Sementara itu, query saringan ”Ganjar” menghasilkan 118.300 unggahan dan 2,2 juta interaksi.

Forum diskusi netizen tentang debat capres kali ini terlihat terberpusat di platform media sosial X (sebelumnya Twitter). Setidaknya sebanyak 97,4 persen atau 862.500 unggahan mengenai Debat Capres berpusar di platform tersebut. Situs yang menjadi tempat warganet saling melempar pendapat berikutnya adalah Youtube, dengan kontribusi sebesar 1,1 persen atau 9.400 unggahan.

Tiktok

Sekalipun Twitter menjadi arena utama percakapan, ternyata Tiktok pun tampak lebih disukai netizen untuk memberikan reaksinya. Tercatat 3,8 juta interaksi terjadi dari 248 unggahan di Tiktok. Bila dirata-rata, terdapat sedikitnya 15.323 interaksi untuk tiap unggahan, sedangkan rasio jumlah interaksi per unggahan di Twitter hanyalah enam banding satu.

Daya tarik Tiktok bagi para netizen tampak semakin nyata ketika diperbandingkan dengan lima konten media digital dalam bentuk unggahan video singkat. Apabila dijumlahkan, kelima konten itu menyumbang 2,7 juta atau seperempat dari jumlah total interaksi terkait debat capres.

Hal itu menunjukkan bahwa netizen lebih suka mengonsumsi informasi dan memberikan reaksi mengenai debat capres melalui tayangan video singkat yang beredar di Tiktok. Di lain sisi, jumlah unggahan yang begitu tinggi di Twitter memberikan petunjuk bahwa warganet di platform ini lebih aktif menyampaikan pendapatnya melalui konten berupa teks ataupun gambar.

Perbedaan pola antarplatform itu rupanya juga menyasar dalam hal aspek topik konten. Di Tiktok, topik seputar adu data dan argumen antarcapres mendominasi sebagai konten terlaris. Misalnya, unggahan dari Kompas.com yang menayangkan cuplikan pernyataan kecewa Prabowo terhadap dua capres lainnya.

Iklan

Baca juga: Pengaruh Debat Capres-Cawapres terhadap Keputusan Pemilih

Ekspresi capres Prabowo Subianto saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Ekspresi capres Prabowo Subianto saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

Prabowo menyayangkan bahwa sejumlah data yang dipakai pesaingnya ada yang keliru. Capres nomor urut 02 itu juga menegaskan bahwa tidak semua data terkait pertahanan negara dapat dibuka ke publik karena bersifat rahasia. Konten tersebut menjadi konten debat yang menarik animo interaksi terbesar di Tiktok dengan jumlah interaksi setidaknya mencapai 1,5 juta interaksi dan telah ditonton 18,8 juta kali.

Salah satu cuplikan video yang banyak dilihat adalah saat Ganjar bertanya kepada Prabowo berkenaan data angka MEF (minimum essential force) Indonesia. Unggahan itu mendapat 178.400 interaksi dan menjadikannya tontonan terbanyak ke-4 di Tiktok. Tayangan singkat dari akun Kompas TV terkait frame itu juga telah ditonton sebanyak 4,8 juta kali.

Dominasi topik-topik terkait adu data dan cara penyajiannya sepanjang debat berlangsung menjadi tanda bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya penggunaan data dalam penyampaian argumen.

Di samping konten-konten terkait adu pendapat dan data yang sengit, komentar Presiden Joko Widodo terhadap debat ketiga rupanya juga mendapat perhatian luas di Tiktok. Di dalam sebuah cuplikan video dari akun Kompas.com di Tiktok, Jokowi mengatakan tidak melihat substansi visi di dalam debat antarcapres tersebut. Presiden Joko Widodo malah merasa para peserta debat saling menyerang personal. Konten itu pun menjadi konten terbesar ke-2 di Tiktok dengan 439.900 interaksi dan sudah ditonton 6,1 juta kali.

Meme

Bila konten-konten di Tiktok diwarnai dengan panasnya adu pendapat dan data, pengguna media sosial X sepertinya punya cara tersendiri dalam menikmati debat ketiga ini. Siapa sangka, konten seputar debat dengan jumlah interaksi terbesar di X adalah dari unggahan terkait meme.

Thread karya @cxlturedd yang berisikan sekitar 70 gambar jenaka seputar debat ketiga itu berhasil menghimpun sedikitnya 75.400 interaksi warganet dan telah dilihat 5,1 juta kali. Menariknya, banyak substansi utama dari gambar-gambar meme tersebut berkaitan dengan penguasaan data para peserta debat.

Selain berusaha mendinginkan hawa panas perdebatan dengan lelucon meme, warganet X juga tampak menyuarakan kejenuhan perbincangan seputar debat. Salah satunya disampaikan oleh akun @unmagnetism yang menyatakan dirinya ”pusing” setiap hari harus melihat konten seputar debat pilpres di X. Ia mengaku merindukan lini masa X yang seharusnya kocak dan menghibur baginya. ”Curhatan” ini pun lantas mendapat 56.000 interaksi dari pengguna lainnya dan sudah dilihat 1,5 juta kali sehingga menjadikannya unggahan seputar debat terbesar ke-3 di X.

Ekspresi capres Ganjar Pranowo saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Ekspresi capres Ganjar Pranowo saat digelar Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

Meski sejumlah konten yang bersifat ringan dan menghibur cukup ”laris” di X, topik-topik mengenai performa capres dalam debat tetap mendapat perhatian luas. Setidaknya empat dari 10 konten dengan jumlah interaksi terbesar di X terpantau membicarakan soal kelemahan dan keunggulan masing-masing kandidat di dalam debat.

Di samping itu, warga X pun banyak yang menyampaikan sejumlah kritik tentang adu data para capres. Setidaknya terdapat 55.400 konten dengan total 322.700 interaksi yang secara eksplisit membahas penguasaan data para capres selama debat. Adapun sebanyak 66,6 persen dari konten-konten semacam itu memiliki sentimen negatif. Artinya, sebagian besar konten tersebut menggunakan kata-kata yang memiliki konotasi negatif.

Dominasi topik-topik terkait adu data dan cara penyajiannya sepanjang debat berlangsung menjadi tanda bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya penggunaan data dalam penyampaian argumen. Terlebih lagi, sembilan dari 10 akun media sosial dengan jumlah interaksi terbanyak sehubungan dengan debat ketiga adalah akun berita resmi yang terdaftar di Dewan Pers. Hal ini menjadi kabar baik bahwa netizen mulai mengutamakan rujukan tepercaya dan resmi dalam mengonsumsi informasi politik.

Para kandidat dan tim suksesnya diharapkan dapat terus mengasah penguasaan berbagai jenis data yang valid, teruji, dan relevan dengan materi debat. Bila penguasaan data ini dilakukan oleh ketiga pasangan calon, dapat dibayangkan debat-debat berikutnya akan lebih banyak diisi dengan ”silat” argumentasi yang bernas, kokoh, dan tepat.

Baca juga: Polemik soal Saling Serang Saat Debat Capres Berlanjut

Selain mampu membantu memikat hati calon pemilih, penguasaan data tersebut tentu saja berdampak baik bagi masyarakat umum. Pasalnya, debat yang dilandasi dengan data sudah pasti dapat mengedukasi masyarakat dan kemungkinan besar akan menghasilkan analisa solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa. (LITBANG KOMPAS)

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan