Identitas Kepartaian Ditimang Gimik Politik
Peran strategis partai politik kian minim gaungnya dalam kontestasi pemilu langsung saat ini. Publik lebih cenderung memprioritaskan kandidat ketimbang partai. Masihkah partai punya peluang memperkuat identitas partai?
Identitas kepartaian atau party ID pernah menjadi salah satu lokomotif penarik demokrasi saat peralihan dari era Orde Baru ke era Reformasi tahun 1999. Pada saat itu terjadi perubahan lanskap politik di sejumlah besar daerah yang ditandai dengan pergeseran pilihan partai di pemilu dari Golkar ke PDI Perjuangan (PDI-P). PDI-P sukses menjadi kanal simbol perlawanan politik atas tiga dekade dominasi kekuatan Orde Baru dan pemerintahan Soeharto. Perolehan suara PDI-P pada Pemilu 1999 tercatat 33,74 persen setelah meraup dukungan 35,68 juta suara pemilih. Capaian itu jadi perolehan suara tertinggi dalam sejarah pemilu setelah reformasi.
Angka hasil pemilu legislatif itu belum pernah lagi mampu dicapai oleh partai mana pun di pemilu setelahnya. Raihan partai di pemilu setelahnya tidak mencapai 22 persen, yaitu Partai Golkar pada Pemilu 2004 dengan meraih 21,58 persen (24,48 juta suara) dan Partai Demokrat di Pemilu 2009 meraih 20,85 persen (21,70 juta).