logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊPerang Ukraina-Rusia...
Iklan

Perang Ukraina-Rusia Mengakslerasi Transisi Energi Di Eropa

Eropa telah mempersiapkan sejumlah upaya mereduksi ketergantungan gas alam dari Rusia. Salah satunya dengan melakukan substitusi sumber energi baru terbarukan untuk mengurangi penggunaan energi fosil.

Oleh
Budiawan Sidik A
Β· 1 menit baca
Tampilan sistem pipa dan perangkat penutup di stasiun penerima gas dari pipa Nord Stream 1 Laut Baltic dari stasiun transfer OPAL (Ostsee-Pipeline-Anbindungsleitung - Baltic Sea Pipeline Link) gas pipa jarak jauh di Lubmin, Germany, 21 Juni 2022. (Stefan Sauer/dpa via AP,file)
STEFAN SAUER/DPA VIA AP

Tampilan sistem pipa dan perangkat penutup di stasiun penerima gas dari pipa Nord Stream 1 Laut Baltic dari stasiun transfer OPAL (Ostsee-Pipeline-Anbindungsleitung - Baltic Sea Pipeline Link) gas pipa jarak jauh di Lubmin, Germany, 21 Juni 2022. (Stefan Sauer/dpa via AP,file)

Invasi militer Rusia ke Ukraina mendorong percepatan transisi energi di kawasan Eropa. Sanksi ekonomi dan embargo impor migas dari Rusia membuat kawasan Eropa harus segera membenahi aliran suplai energinya dan mengakselerasi penyediaan energi terbarukan.

Berdasarkan data dari Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi energi di wilayah Eropa sebagian besar masih mengandalkan dari energi fosil. Pada kurun 2009-2019, konsumsi energi dari fosil menguasai hampir 70 persen kebutuhan energi di Eropa. Sebagian besar energi fosil itu sekitar 60 persennya berupa produk minyak bumi, 8 persen batubara, dan 31 persen adalah gas alam.

Editor:
ANDREAS YOGA PRASETYO
Bagikan