logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊGus Dur, Humor, dan Demokrasi
Iklan

Gus Dur, Humor, dan Demokrasi

Demokrasi dan humor adalah sesuatu yang bersisian, bukan bertolak belakang. Pendidikan tentang demokrasi adalah hal yang wajib diberikan dan humor adalah salah satu media pendidikan tersebut

Oleh
Dedy Afrianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GgHzgrOygTcTrJjXCDUhIvXfNJU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2Fea75117e-9f26-4092-bb08-b564badc2269_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Mural sosok KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur menghiasi kedai kopi di kawasan Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (30/5/2020). Sosok Gus Dur yang pernah menjadi Presiden ke-4 Republik Indonesia akan selalu dikenang dan menjadi bagian dari kisah negeri ini terkait keberagaman, toleransi, serta saling menghormati, khususnya terhadap kaum minoritas.

Ibarat pementasan ludruk, politik adalah sebuah fragmen. Ada kalanya, lantunan kata yang menggelitik dibutuhkan guna mencairkan suasana di tengah pentas pertunjukan.

Suatu waktu di medio tahun 2001, para seniman dan budayawan kondang mendatangi Istana Merdeka, Jakarta. Sujiwo Tejo, Jaya Suprana, Darmanto Jatman, Garin Nugroho, Franz Magnis Suseno, Mudji Sutrisno, dan Greg Barton ramai-ramai menemui Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.

Editor:
yohanwahyu
Bagikan