logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊNormal Baru, antara Optimistis...
Iklan

Normal Baru, antara Optimistis dan Khawatir

Kebijakan normal baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 menimbulkan dilema. Di satu sisi, responden merespons positif hal itu. Namun, di sisi lain juga mengkhawatirkan adanya gelombang baru penularan Covid-19.

Oleh
Eren Marsyukrilla/ Litbang Kompas
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1V5DmqBifJlCbnepNV4U6kigEnY=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F20200614AGS12_1592139798.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Warga bersepeda di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (14/6//2020). Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang memasuki masa transisi normal baru digunakan oleh warga untuk beraktivitas di luar rumah. Meningkatnya pergerakan orang-orang membutuhkan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Antusiasme publik menyambut normal baru terekam dari hasil jajak pendapat Kompas. Hampir semua responden (97 persen) menyatakan siap menaati protokol kesehatan yang menjadi kewajiban di tengah tatanan kehidupan normal baru. Sebagian besar responden mengaku akan mempersiapkan kelengkapan yang mendukung protokol kesehatan, seperti masker, hand sanitizer, pelindung wajah, dan perlengkapan lain.

Normal baru yang dikampanyekan pemerintah tidak lepas dari kondisi tiga bulan terakhir masa pandemi yang memukul banyak sektor usaha dan roda perekonomian. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, setidaknya 1,7 juta pekerja formal dan informal telah terdampak Covid-19.

Editor:
Antony Lee
Bagikan