Museum Berjuang di Era Disrupsi
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F10%2F422529_getattachmentaa9e27f4-8987-4a7f-ae4f-ad6a1e2267ac414072.jpg)
Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 - Anggota berbagai komunitas pecinta sejarah mengikuti teater drama kolosal Serangan Umum 1 Maret 1949 di halaman Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Minggu (5/3/2017). Kegiatan tahunan ini digelar antara lain untuk meningkatkan semangat cinta Tanah Air dan bangsa.
Era disrupsi saat ini telah mengubah manajemen bisnis, termasuk museum. Museum di Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk berkolaborasi, lebih interaktif dan mendekatkan diri dengan masyarakat. Ada museum yang berhasil, namun tidak sedikit juga yang gagal.
Istilah disrupsi, merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai hal tercerabut dari akarnya. Adapun disrupsi, mengutip Rhenald Kasali, tidak hanya mengubah cara berbisnis. Disrupsi juga mengubah dasar dari suatu bisnis mulai dari struktur biaya, budaya, hingga ideologi. Disrupsi ini terjadi akibat perubahan cara-cara berbisnis yang dulunya sangat menekankan pentingnya kepemilikan menjadi saling berbagi peran dan kolaborasi sumber daya. (Kompas, 5/5/2017)