logo Kompas.id
β€Ί
Politikβ€ΊIroni Modernisasi dan Otonomi ...
Iklan

Ironi Modernisasi dan Otonomi Khusus Papua

Oleh
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JyIeJvSgz6KbjzJAZRUjGnAl8c4=/1024x636/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2F20180129WEN05.jpg
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa

Perempuan bersama anak mereka membawa kayu bakar yang diperoleh dari sekitar hutan di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (29/1). Perempuan di masyarakat Papua berperan penting dalam keluarga mereka, dari memenuhi kebutuhan pangan seperti mengolah sagu dan menjaring ikan hingga mengasuh anak.

DEPOK, KOMPAS β€” Kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat dan Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, menunjukkan ironi dari pembangunan yang menggunakan semangat modernisasi dan penerapan otonomi khusus.

Penerapan otonomi khusus dinilai masih bermasalah karena belum ada peta jalan yang jelas mengenai pembangunan. Pembangunan yang telah dilakukan selama puluhan tahun juga tidak memperhatikan nilai sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat.

Editor:
Bagikan