Capres Tunjukkan Peluang Kerja Sama lewat Debat Pamungkas
Penampilan capres di debat terakhir, yang minim saling serang dan banyak persetujuan, tak tertutup sebuah keterbukaan.
JAKARTA, KOMPAS — Penampilan calon presiden dalam debat terakhir pada Minggu (4/2/2024) malam yang minim saling serang dan lebih banyak memberikan persetujuan satu sama lain tidak dimungkiri merupakan bentuk keterbukaan untuk bekerja sama pascapemilihan presiden. Namun, kepastian untuk berkoalisi di pemerintahan masih harus menunggu hasil Pilpres 2024.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman, di Jakarta, Senin (5/2/2024), membenarkan bahwa sepanjang debat calon presiden (capres) terakhir berlangsung, Prabowo kerap menyetujui gagasan dari dua kandidat lawannya, yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Ia tidak memungkiri, kesamaan pandangan dan kesetujuan itu merupakan indikasi keterbukaan untuk bekerja sama dengan para rivalnya setelah Pilpres 2024 usai. Apalagi, merujuk hasil survei sejumlah lembaga, pasangan Prabowo-Gibran unggul atas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, hingga sembilan hari menjelang pemungutan suara.
Baca juga: Debat Pamungkas, Capres Lebih Hati-hati
”Kami sebagai pihak yang disebut-sebut akan memenangi pilpres ini tentu membuka diri, membuka hati terhadap seluruh elemen bangsa. Apakah bentuknya harus terakomodasi di kabinet, kami kembalikan kepada orang yang diajak,” ujar Habiburokhman.
Ia menambahkan, kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 2 ini tidak akan ragu untuk mengumpulkan semua pihak di dalam kabinet karena itu disebut sebagai wujud dari demokrasi Indonesia. Akan tetapi, hal itu tidak berarti menghalangi jika ada pihak yang ingin berada di luar pemerintahan. Keduanya merupakan pilihan yang sah menurut peraturan perundang-undangan.
Kami sebagai pihak yang disebut-sebut akan memenangi pilpres ini tentu membuka diri, membuka hati terhadap seluruh elemen bangsa. Apakah bentuknya harus terakomodasi di kabinet, kami kembalikan kepada orang yang diajak.
Sementara itu, Gibran saat menghadiri Silaturahmi Nasional Relawan Prabowo-Gibran di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Senin, berterima kasih atas dukungan berbagai elemen masyarakat, terutama di media sosial. Menurut dia, dukungan tersebut berperan sangat signifikan terhadap tingkat keterpilihan dirinya dan Prabowo. Baru kali ini pula penampilan kandidat pada momentum debat bisa berperan dalam peningkatan elektabilitas.
”Biasanya, debat itu tidak ada efeknya. Semua pengamat, pakar, bilang debat itu tidak ada efeknya. Tetapi, kali ini ada efeknya,” kata Gibran.
Menurut dia, ini merupakan fenomena yang luar biasa sebab menunjukkan bahwa publik semakin cerdas. Masyarakat juga disebut semakin kritis untuk mengoreksi dan mengevaluasi calon pemimpinnya.
Biasanya, debat itu tidak ada efeknya. Semua pengamat, pakar, bilang debat itu tidak ada efeknya. Tetapi, kali ini ada efeknya.
Kendati demikian, Gibran mengajak para pendukungnya untuk tidak terlena dengan hasil survei. Ia meminta agar para pendukung, tidak terkecuali kelompok sukarelawan, terus bekerja keras pada pekan terakhir menjelang 14 Februari 2024. Sebab, pekan terakhir menjelang 14 Februari 2024 adalah masa paling krusial untuk meyakinkan para pemilih.
Hanya ”defense”
Secara terpisah, Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Hasto Kristiyanto, mengatakan, pada debat terakhir semua kandidat sama-sama mencoba menampilkan gagasan yang baik. Namun, Ganjar dan Anies dinilai memiliki kemiripan karena keduanya berpengalaman sebagai gubernur yang kerap bersentuhan dengan persoalan rakyat. ”Sebaliknya, Pak Prabowo karena pengalamannya di pertahanan ya hanya defense, defense, dan defense," katanya.
Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Aryo Seno Bagaskoro, menambahkan, perdebatan Minggu malam merupakan perdebatan antara Ganjar dan Anies. Selain dari pembahasan topik, hal itu juga tampak dari konsistensi Ganjar dan Anies membawa gagasan masing-masing. Menurut Seno, Ganjar konsisten menyampaikan isu-isu kerakyatan, sementara Anies kerap berbicara tentang rekam jejaknya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Publik menangkap selama ini dalam forum-forum maupun dalam debat capres sebelumnya, Pak Prabowo tampil dengan begitu temperamen, mudah terpancing, kemudian publik menangkap ada arogansi di situ, tadi malam Pak Prabowo tampak kelelahan.
Berbeda dengan Ganjar dan Anies, kata Seno, Prabowo justru terkesan lelah dan kehilangan kepercayaan diri. Dalam beberapa pernyataan yang disampaikan, Prabowo dinilai berbeda dari karakter asli, setidaknya yang terlihat dalam forum debat sebelumnya.
”Publik menangkap selama ini dalam forum-forum maupun dalam debat capres sebelumnya, Pak Prabowo tampil dengan begitu temperamen, mudah terpancing, kemudian publik menangkap ada arogansi di situ, tadi malam Pak Prabowo tampak kelelahan," kata Seno.
Dampaknya, menurut dia, poin gagasan yang disampaikan Prabowo kerap tak sejalan dengan persoalan rakyat. Prabowo justru sering menyampaikan narasi persatuan antarelite.
Bersyukur
Ini (bansos) common interestuntuk semua, bahwa kita menginginkan bansos yang tepat sasaran, dijalankan dengan benar.
Sementara itu, seusai debat Minggu malam, Anies mengatakan bersyukur jika Prabowo kerap menyetujui ide-idenya. Saat ditanya apakah kesetujuan itu tanda kecocokan berkoalisi, Anies mengatakan, hal itu justru bisa menjadi petunjuk bagi rakyat untuk memilih kandidat yang murni membawa gagasan perubahan sejak awal. Keputusan terakhir sepenuhnya berada di tangan rakyat.
Baca juga: Debat Capres Pamungkas Berlangsung Landai
Terkait kesamaan gagasan dengan Ganjar, terutama terkait penyaluran bantuan sosial, Anies tidak menjawab apakah itu menjadi pembuka komunikasi antara kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud untuk bekerja sama. Anies hanya menegaskan, bansos merupakan kepentingan masyarakat. ”Ini (bansos) common interest untuk semua, bahwa kita menginginkan bansos yang tepat sasaran, dijalankan dengan benar,” ucapnya.
Adapun menurut Muhaimin, baik Ganjar maupun Prabowo sama-sama kerap menyetujui gagasan yang dikemukakan Anies. Artinya, keduanya menunjukkan kesetujuan terhadap perubahan yang mereka usung. Sekalipun melihat ada kesamaan cara pandang, Muhaimin belum memastikan apakah ketiga kubu nantinya bisa berkoalisi di pemerintahan setelah pilpres. ”Pemilu dulu, baru berkoalisi,” katanya.