logo Kompas.id
Politik & HukumPertarungan Ketat di ”Dapil...
Iklan

Pertarungan Ketat di ”Dapil Neraka” Sumut 1

Sumut I boleh dibilang menjadi ”dapil neraka”. Tidak ada jaminan menang. Mantan gubernur pun pernah keok di Sumut I.

Oleh
NIKSON SINAGA
· 5 menit baca
Masyarakat melintas di bawah baliho besar calon anggota Dewan Perwakian Rakyat yang terpampang di Daerah Pemilihan Sumatera Utara I di Kota Tebing Tinggi, Sabtu (20/1/2024).
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Masyarakat melintas di bawah baliho besar calon anggota Dewan Perwakian Rakyat yang terpampang di Daerah Pemilihan Sumatera Utara I di Kota Tebing Tinggi, Sabtu (20/1/2024).

Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1 menjadi ”dapil neraka” pada setiap pemilihan umum. Para menteri, mantan menteri, pensiunan jenderal, mantan kepala daerah, petinggi parpol, hingga ”putra mahkota” partai berjibaku memperebutkan kursi DPR dari dapil ini.

Tidak ada jaminan kemenangan dari semua status dan kekuatan para caleg. Bahkan, mantan gubernur pun pernah keok di dapil ini.

Kurang dari satu bulan menjelang pemungutan suaran Pemilu 2024, Sabtu (20/1/2024), suasana politik kian memanas memperebutkan 10 kursi dari Sumut I. Baliho-baliho raksasa para calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat memenuhi ruang publik di dapil yang terdiri dari Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Tebing Tinggi itu. Total daftar pemilih tetap dapil ini mencapai 3,89 juta.

Baca juga: Identitas Kepartaian Ditimang Gimik Politik

Tim sukses mulai turun menggalang suara dengan mengunjungi pemilih dari pintu ke pintu. Mereka juga menarik hati masyarakat dengan membagi sembako, nasi bungkus, hingga menggelar berbagai panggung hiburan.

Masyarakat melintas di bawah baliho besar caleg yang terpampang di Dapil Sumatera Utara I di Kota Medan, Sabtu (20/1/2024).
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Masyarakat melintas di bawah baliho besar caleg yang terpampang di Dapil Sumatera Utara I di Kota Medan, Sabtu (20/1/2024).

Bertarung di Dapil Sumut I sungguh tidak mudah. Partai politik menurunkan kader-kader terbaik agar bisa mendapat atau paling tidak mempertahankan kursi DPR dari Sumut I. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, misalnya, menurunkan beberapa nama, seperti Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, petahana Sofyan Tan, hingga Ruhut Poltak Sitompul, politisi senior yang pindah dari Partai Demokrat.

”Kami hakulyakin bisa mempertahankan kursi di Sumut I dan berpotensi juga menambah kursi. Strategi utama kami adalah konsolidasi ke akar rumput dan turun ke bawah mengambil suara,” kata Sutarto, Sekretaris DPD PDI-P Sumut.

Partai Gerindra juga mengandalkan petahana Romo Muhammad Syafii dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut Ade Jona Prasetyo. Martin Hutabarat yang sebelumnya bertarung di Sumut III kini dipindahkan ke Sumut I untuk mengambil ceruk suara pada kelompok baru. ”Bang Martin adalah tokoh gereja HKBP. Kami optimistis bisa mempertahankan dua kursi di Sumut I,” kata Sekretaris Gerindra Sumut Sugiat Santoso.

Partai Keadilan Sejahtera juga menurunkan tokoh sentralnya, yakni Tifatul Sembiring. Mantan Presiden PKS ini juga pernah menduduki Menteri Komunikasi dan Informatika. Selain Tifatul, PKS juga menurunkan petahana Hidayatullah.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Internasional Petikemas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (8/4/2023).
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Internasional Petikemas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (8/4/2023).

Tiga partai ini, yakni PDI-P, Gerindra, dan PKS, tampak tidak main-main untuk mempertahankan perolehan masing-masing dua kursi Senayan seperti pada Pemilu 2019. Hal itu tentu tidak mudah karena partai lain yang hanya mendapat satu kursi, yakni Golkar, Nasdem, PAN, dan Demokrat, tampak sangat berambisi menambah kursi.

Ambisi cukup besar tampak dari susunan caleg Partai Nasdem. Tidak main-main, ”putra mahkota” partai, yakni Prananda Surya Paloh, tetap dipasang di nomor 1. Di dapil itu, dia didampingi dua mantan wali kota Medan, yakni Rahudman Harahap dan Abdillah.

Ada pula mantan Bupati Serdang Bedagai Soekirman, mantan Wakil Kepala Polri yang juga pernah menjabat Kepala Polda Sumut Komjen (purn) Oegroseno, dan juga mantan Jaksa Agung Muda Edwin Pamimpin Situmorang.

”Kami targetkan perolehan dua kursi dari Sumut I. Pada pemilu lalu, kami dapat satu kursi, tetapi suaranya gemuk hampir dapat dua kursi,” kata Ketua DPW Nasdem Sumut Iskandar ST.

Iklan

Baca juga: Parpol Papan Tengah dan Bawah Dinamis

Masyarakat melintas di bawah baliho besar calon anggota Dewan Perwakian Rakyat yang juga  mantan Wakil Kepala Polri, Oegroseno, yang terpampang di Dapil Sumatera Utara I di Kota Medan, Sabtu (20/1/2024).
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Masyarakat melintas di bawah baliho besar calon anggota Dewan Perwakian Rakyat yang juga mantan Wakil Kepala Polri, Oegroseno, yang terpampang di Dapil Sumatera Utara I di Kota Medan, Sabtu (20/1/2024).

Golkar juga tentu tidak ingin lagi hanya mendapat satu kursi dari Sumut I. Secara historis, Golkar berpeluang mendapat dua kursi. Petahana Meutya Hafid masih tetap bertarung. Partai itu semakin kuat dengan dicalonkannya mantan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah. Di Golkar juga ada petarung baru, yakni Komisaris Besar (Purn) Maruli Siahaan, pensiunan polisi yang cukup dikenal warga Sumut.

Partai Demokrat juga tampak ingin memperbesar suara dengan menurunkan petahana Hendrik H Sitompul dan pendatang baru Lokot Nasution. Lokot adalah Ketua Partai Demokrat Sumut yang pernah menjadi Wakil Bendahara Umum DPP Partai Demokrat. Di masa pemerintahan Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada Pemilu 2009, Demokrat mendapat empat kursi dari Sumut I.

Sementara itu, Partai Amanat Nasional tampak masih bergantung pada petahana Mulfachri Harahap yang telah duduk di Senayan sejak Pemilu 2004 dan konsisten mendapat satu kursi. Partai Hanura sendiri seharusnya mendapat satu kursi pada 2019 dengan perolehan suara dari Sekretaris Jenderal Hanura Kodrat Shah.

Namun, Hanura tak lolos syarat ambang batas parlemen. Partai itu kembali mencalonkan sekjennya di Sumut I. Namun, Kodrat meninggal pada November 2023.

Penantang baru

Partai-partai yang tak dapat kursi pada Pemilu 2019 siap menantang petahana, khususnya partai yang secara nasional cukup kuat seperti Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Kebangkitan Bangsa. PKB, misalnya, tampak lebih serius menggarap kursi DPR dari Sumut dengan menempatkan mantan Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan sebagai caleg.

Perebutan suara di Deli Serdang akan semakin dinamis dengan kehadiran Ashari. Selain Ashari, PKB juga menempatkan Juru Bicara PKB Mikhael B Sinaga. Secara historis, PKB belum pernah mendapat kursi dari Sumut I.

Partai penantang baru seperti Partai Solidaritas Indonesia, Partai Garda Republik Indonesia, Partai Bulan Bintang, Partai Perindo, Partai Ummat, Partai Buruh, Gelombang Rakyat Indonesia, dan Partai Kebangkitan Nusantara, tampaknya akan cukup sulit mendapat celah di antara pertempuran partai yang sudah mapan.

Parpol penantang baru mencoba mencari celah untuk mendapat kursi dari Sumut I. Berkaca dari pemilu sebelumnya, partai baru akan sangat sulit mendapat kursi dari Sumut.

Baca juga: Partai Politik Terkonsolidasi Pilihan Calon Presiden

Pengajar Program Studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Warjio, mengatakan, pertarungan perebutan kursi Senayan dari dapil Sumut I memang selalu sangat ketat di setiap pemilu. Hal itu antara lain karena Sumut I adalah pusat kekuatan politik dan ekonomi di Indonesia barat. Masyarakatnya juga sangat beragam dan padat penduduk.

”Caleg yang menang di Sumut I adalah mereka yang punya sumber kekuatan birokrasi, uang, dan punya modal kedekatan sosial dengan kelompok masyarakat. Kalau orang bilang dapil neraka karena persaingan sangat ketat,” katanya.

https://cdn-assetd.kompas.id/WBjLk2ULa4d_yjmpwS6LQ_mKT64=/1024x824/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F17%2F1a8da713-a052-4b6c-95f1-3b7a5deb45df_png.png

Karena itu, Warjio memperkirakan, partai-partai papan atas dan tengah masih akan tetap menguasai Sumut I. Pertarungan di internal partai juga cukup kuat. Hampir tidak ada ruang bagi partai papan bawah apalagi partai baru. ”Peluang partai baru sangat tipis karena mereka harus mendobrak kekuatan lama,” katanya.

Partai papan atas pun menyusun berbagai strategi untuk menang. Warjio mencontohkan PDI-P yang dalam setiap pemilu berfokus menggarap suara kelompok masyarakat Kristiani, Tionghoa, dan nasionalis. ”Persaingan di wilayah itu sedikit jadi peluangnya tinggi. Itu yang ditangkap PDI-P,” kata Warjio.

Pada Pemilu 2024, pertarungan para caleg diperkirakan akan tetap sangat ketat. Tidak ada jaminan seorang caleg akan melaju dengan mulus ke Senayan. Mantan Gubernur Sumut sekali pun, seperti Tengku Erry Nuradi, pernah gagal melaju ketika mencalonkan dari Nasdem pada 2019. Kini dia maju dari Perindo.

Mendekati hari pemungutan suara, atmosfer pertarungan di Sumut I kian memanas.

Editor:
IRMA TAMBUNAN
Bagikan