logo Kompas.id
Politik & HukumTokoh Bangsa Serukan Jaga...
Iklan

Tokoh Bangsa Serukan Jaga Keutuhan di Tengah Pemilu

Saat bertemu Wapres Ma’ruf Amin, sejumlah tokoh mengimbau para pemimpin memastikan transisi kepemimpinan melalui pemilu.

Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
· 8 menit baca
Para tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/1/2024).
BPMI - SETWAPRES

Para tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/1/2024).

JAKARTA, KOMPAS — Para tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan membicarakan upaya menjaga keutuhan bangsa. Di tengah kondisi apa pun, termasuk pemilu, persatuan bangsa harus tetap dijaga. Semua tantangan akan dapat diatasi ketika persatuan terjaga.

Pada pertemuan yang berlangsung di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (11/1/2024), tersebut, Gerakan Nurani Bangsa diwakili oleh beberapa tokoh, yakni istri dari Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid sebagai ketua. Selain itu, juga Quraish Shihab, Romo Ignatius Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, Karlina Rohima Supelli, Makarim Wibisono, Lukman Hakim Saifuddin, dan Alissa Wahid.

Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi, ketika dihubungi menuturkan, Wakil Presiden Ma’ruf Amin senang dengan kedatangan para tokoh Gerakan Nurani Bangsa. ”Apalagi, di situ juga Mbak Alissa Wahid membacakan semacam ucapan yang disampaikan oleh Gus Mus yang ditujukan kepada Wapres. Di samping salam taklim, mudah-mudahan dalam kesempatan yang lain bisa bertemu,” katanya,

Masduki menuturkan, mereka adalah para tokoh yang, menurut Wapres, sangat penting melakukan gerakan seperti itu karena memang pemerintah yang sedang berkuasa penting untuk selalu diingatkan. ”Agar kita itu selalu ingat pada pedoman, visi ke depan, dalam konteks bernegara dan berbangsa,” ujarnya.

Baca juga: Jaga Persatuan, Kejujuran, dan Keadilan dalam Pemilu

Para tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/1/2024).
BPMI - SETWAPRES

Para tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/1/2024).

Menurut Masduki, Wapres Amin pun berterima kasih kepada para tokoh Gerakan Nurani Bangsa. ”Saya diingatkan, untung masih ada orang-orang seperti Anda semuanya yang mengingatkan kami,” kata Masduki mengutip Wapres Amin.

Masduki menuturkan, pemerintah penting untuk diingatkan supaya tetap fokus ke depan dan tidak lupa bahwa warisan negara ini kepada anak cucu supaya tetap terawat dan terjaga dengan baik. ”Bahkan, kalau mungkin bagaimana supaya kita mewariskan hal yang lebih baik lagi ke depan,” ujarnya.

Pembicaraan Wapres Amin dengan Gerakan Nurani Bangsa menyangkut isu-isu kebangsaan dan sejumlah hal yang perlu diingatkan bagi para penguasa di negeri ini. ”Kata Wapres, karena ini adalah (tahun) pemilu, maka penting Anda datang mengingatkan kami-kami yang sedang menjalankan kekuasaan. Jangan sampai kita, dalam menghadapi pemilu, jangan sampai bangsa ini terbelah,” kata Masduki.

Berbeda pilihan adalah keniscayaan, tetapi bukan berarti masyarakat atau bangsa harus terbelah oleh hanya soal pilihan atau pilihan politik praktis. ”Komitmen kebangsaan harus terus jalan,” ujar Masduki.

Pertemuan Wapres Ma’ruf Amin dengan sejumlah tokoh dalam Gerakan Nurani Bangsa di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/1/2024).
BPMI - SETWAPRES

Pertemuan Wapres Ma’ruf Amin dengan sejumlah tokoh dalam Gerakan Nurani Bangsa di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (11/1/2024).

Seusai pertemuan dengan Wapres Amin, para tokoh Gerakan Nurani Bangsa menyampaikan keterangan kepada awak media. ”(Beliau) Ini adalah para tokoh bangsa, saya pengawalnya saja. Para tokoh bangsa ini yang baru saja berdialog bersama Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin. Tadi kami membicarakan tentang bagaimana menjaga keutuhan bangsa,” kata Alissa Wahid.

Alissa menuturkan, langkah para tokoh bangsa membentuk sebuah inisiatif yang disebut Gerakan Nurani Bangsa berangkat dari keinginan untuk menjaga keutuhan bangsa dan cita-cita bangsa negara Indonesia. UUD 1945 mengamanahkan cita-cita itu, yakni negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

”Nah, untuk bisa menjaga cita-cita itu, tentu kita membutuhkan proses berbangsa dan bernegara yang amanah, yang baik. Ini tadi yang disampaikan oleh para tokoh bangsa dan juga disampaikan oleh Wapres,” kata Alissa Wahid.

Karena ini adalah (tahun) pemilu, maka penting Anda datang mengingatkan kami-kami yang sedang menjalankan kekuasaan. Jangan sampai kita, dalam menghadapi pemilu, jangan sampai bangsa ini terbelah.

Ketua Gerakan Nurani Bangsa Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid saat menyampaikan keterangan kepada awak media selepas pertemuan para tokoh bangsa dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (11/1/2024).
KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO

Ketua Gerakan Nurani Bangsa Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid saat menyampaikan keterangan kepada awak media selepas pertemuan para tokoh bangsa dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (11/1/2024).

Menurut Alissa, banyak hal yang dibicarakan dengan Wapres Amin, termasuk transisi kepemimpinan pada tahun 2024 ini. ”(Yakni) bagaimana menjaga agar seluruh penyelenggara negara ini bisa tetap pada netralitasnya. Tadi Bapak Wapres menekankan hal ini sebagai bentuk amanah,” ujarnya.

Alissa pun mengatakan, Wapres Amin menyampaikan rasa senangnya karena para tokoh bangsa masih mau memikirkan dan ikut mengawal perjalanan bangsa. ”Dan, bahkan meminta kami untuk terus menyampaikan harapan tersebut kepada seluruh penyelenggara negara dan seluruh pihak supaya tetap setia pada perjalanan hidup yang panjang ini. Tidak hanya pada pilpres saja atau pada satu penggal kehidupan saja, tetapi bahwa ini perjalanan panjang harus mewariskan sesuatu yang lebih baik kepada anak cucu,” katanya.

Baca juga: Wapres: Jika Pemilu Tak Jujur, Legitimasi Pemerintahan Terpilih Bisa Bermasalah

Di sesi tanya jawab, Alissa menuturkan bahwa inisiatif pertemuan dengan Wapres Amin datang dari Gerakan Nurani Bangsa. ”Karena, memang gerakan ini rencananya tidak hanya berkunjung kepada Wapres saja. Jadi, kalau ditanya kenapa enggak ke Presiden, sudah terjadwal,” ujarnya.

Anggota barisan pemadam kebakaran Kota Banjarmasin mengikuti apel deklarasi pemilu damai di Balai Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (10/1/2024).
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS

Anggota barisan pemadam kebakaran Kota Banjarmasin mengikuti apel deklarasi pemilu damai di Balai Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (10/1/2024).

Gerakan Nurani Bangsa juga berencana mengunjungi mantan presiden, mantan wakil presiden, dan juga terutama penyelenggara negara yang terkait dengan transisi kepemimpinan atau pemilu. ”Jadi, kami merencanakan bertemu dengan KPU, dengan Panglima TNI, dan Kapolri. Dan juga dari yudikatif kami tentu saja juga akan berkunjung ke MK. Itu untuk proses mengawal tadi. Nanti, pada satu titik, kami juga akan sowan kepada Presiden. Sudah ada jadwalnya,” kata Alissa.

Ketika ditanya apakah Gerakan Nurani Bangsa juga akan bertemu dengan calon presiden dan calon wakil presiden, Alissa menuturkan bahwa hal itu akan dipertimbangkan kalau melihat dinamika yang terjadi.

Baca juga: Hidup Damai dengan Menjaga Warisan Kemajemukan Nusantara

Iklan

Lukman Hakim menuturkan adanya titik temu yang sama, yaitu komitmen agar bangsa ini, di tengah kemajemukan, tetap utuh, terjaga, terpelihara, dan terawat dengan baik. ”Karena, inilah yang diwariskan oleh pendahulu kami dulu, jadi keutuhan bangsa concern kami ini,” katanya.

Warga mengendarai sepeda motor di samping mural Bhineka Tunggal Ika yang menghiasi RT 015 RW 004, Klender, Jakarta Timur, Senin (7/8/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Warga mengendarai sepeda motor di samping mural Bhineka Tunggal Ika yang menghiasi RT 015 RW 004, Klender, Jakarta Timur, Senin (7/8/2023).

Akal sehat dan hati bersih

Lukman mengatakan, pemilu sebagai sebuah agenda politik periodik, yang hakikatnya keniscayaan dari proses demokratisasi, memang tidak terhindarkan melahirkan banyak polarisasi yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa.

”Itulah kenapa kami ingin menyuarakan itu. Sekadar mengingatkan kesadaran seluruh anak bangsa bahwa keutuhan bangsa ini harus dijaga, dengan cara lebih mengedepankan nilai-nilai; (yakni) nilai moral, nilai etika, asas-asas kepantasan, kepatutan, yang tadi oleh Bapak Wapres sendiri ditekankan bahwa setiap kita, seluruh anak bangsa, hendaknya selalu disadarkan agar senantiasa menggunakan akal sehatnya dan hati yang bersih,” ujar Lukman.

Baca juga: Pemilih Muda Lebih Rasional, Parpol Perlu Akomodasi

Akal sehat dan hati bersih bukan untuk dipisahkan, diperhadapkan, dan apalagi dibentur-benturkan. Keduanya adalah satu-kesatuan yang harus digunakan secara bersamaan. ”Itu tidak hanya bagi seluruh anak bangsa, tetapi juga, khususnya, bagi penyelenggara negara yang mendapatkan amanah untuk bagaimana menegakkan keadilan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bersama,” kata Lukman.

Bagaimana menjaga agar seluruh penyelenggara negara ini bisa tetap pada netralitasnya. Tadi Bapak Wapres menekankan hal ini sebagai bentuk amanah.

Peserta mengenakan berbagai macam busana atraktif dalam Kirab Sumpah Pemuda di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (28/10/2023). Kirab ini merupakan rangkaian acara Gemilang Jakarta yang digelar untuk menyemarakkan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Peserta mengenakan berbagai macam busana atraktif dalam Kirab Sumpah Pemuda di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (28/10/2023). Kirab ini merupakan rangkaian acara Gemilang Jakarta yang digelar untuk menyemarakkan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.

Kardinal Suharyo pun menggarisbawahi hal yang paling penting untuk dijaga, dirawat, dan dikembangkan adalah kebersatuan. Merujuk sejarah, ketika dipecah belah, Indonesia tidak dapat merdeka. Sampai kemudian ada Sumpah Pemuda yang menggelorakan seruan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

”(Hal) yang bermacam-macam itu dijadikan satu. Dan, 17 tahun kemudian, proklamasi kemerdekaan. Menurut saya, itu sangat dahsyat dan sangat simbolik. Ketika kita sungguh-sungguh bersatu, apa pun yang ada di depan kita sebagai tantangan pasti bisa diatasi. Itu satu,” kata Kardinal Suharyo.

Kedua, Kardinal Suharyo menuturkan, situasi di mana pun itu tidak pernah ideal. ”Enggak ada situasi ideal itu. Oleh karena itu, ketika situasi bangsa kita seperti ini, apa pun yang terjadi, entah itu baik, entah itu tidak baik, atau macem-macem, apa pun yang terjadi, khususnya juga berkaitan dengan pemilihan umum itu, kesatuan ini harus dijaga,” ujarnya.

Kardinal Suharyo mengatakan, modal dasar bangsa Indonesia, yakni kebersamaan, harus dirawat, dikembangkan dalam keadaan atau konteks apa pun. ”Sekali lagi, dengan pengertian bahwa di mana pun di dunia ini tidak ada situasi yang ideal sehingga semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Ada banyak hal yang tidak baik-baik saja, tetapi tantangannya justru bagi bangsa Indonesia adalah itu. Ketika keadaan tidak baik-baik saja, yang paling pokok dipertahankan, diusahakan, dan dikembangkan adalah persatuan dan kesatuan Indonesia,” katanya.

Para tokoh pemuka agama yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai berkumpul bersama dalam Seruan Indonesia Damai di Gedung Karya Sosial, Kompleks Gereja Katedral Jakarta, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Forum ini menandatangani dan membacakan seruan kepada seluruh masyarakat dan umat beragama untuk menjaga kedamaian bagi Indonesia. Suasana damai mesti diciptakan sejak masa kampanye hingga pascapelaksanaan pemilu sehingga kondisi damai dan terjadi rekonsiliasi politik pascakontestasi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para tokoh pemuka agama yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai berkumpul bersama dalam Seruan Indonesia Damai di Gedung Karya Sosial, Kompleks Gereja Katedral Jakarta, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Forum ini menandatangani dan membacakan seruan kepada seluruh masyarakat dan umat beragama untuk menjaga kedamaian bagi Indonesia. Suasana damai mesti diciptakan sejak masa kampanye hingga pascapelaksanaan pemilu sehingga kondisi damai dan terjadi rekonsiliasi politik pascakontestasi.

Pendeta Gomar menuturkan, dalam pertemuan tersebut Wapres Amin menyambut gembira suara yang disampaikan para tokoh. ”Dan, beliau mengatakan diperlukan, di tengah-tengah situasi bangsa kita sekarang, suara-suara seperti ini diteruskan. Supaya, bahkan beliau pakai istilah, supaya pengeng itu kuping bangsa kita ini. Agar eling para penyelenggara negara dan semua kita eling. Saya kira Pak Wapres tadi menyambut, bahkan sedia bersama-sama dengan kita semua demi keutuhan bangsa kita,” ujarnya.

Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pun menjawab ketika ditanya sosok pemimpin yang diharapkan dalam konteks dirinya yang pernah menjadi Ibu Negara di saat gejolak politik saat itu tinggi. ”Ya, memang saya mengalami jadi Ibu Negara. Tapi, sekalipun saya bukan Ibu Negara, pikiran dan pandangan saya akan tetap sama. Yang akan menjadi pemimpin, yang kita harapkan bisa membawa kemakmuran, kesejahteraan, dan kebaikan tidak hanya bagi bangsanya, juga bagi negaranya adalah orang-orang yang amanah, yang bisa menegakkan keadilan, yang, ya, pokoknya yang menebar kebajikan,” katanya.

Baca juga: Dicari Pemimpin yang Hayati Perbedaan

Dan hal yang paling penting adalah sosok pemimpin tersebut sanggup menjaga keutuhan bangsa dan negara. Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, yang tidak terpecah belah walaupun terdiri dari berbagai suku dan agama harus terus dijaga.

”Dan, pemimpin yang begini yang harus kita pilih. (Pemimpin) yang artinya tidak hanya memikirkan kelompoknya saja, tidak hanya memikirkan etnisnya saja, tidak memikirkan agamanya saja, tapi semuanya ini adalah bangsa Indonesia. Itu yang harus dijaga keutuhannya. Kita bersaudara dan kita adalah satu; satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Dan, orang yang bisa amanah untuk menjaga keutuhan itulah yang harus kita pilih jadi pemimpin bangsa kita,” ujarnya.

Ketiga calon presiden (kanan ke kiri) Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Debat menjadi momentum bagi kandidat untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerjanya guna meyakinkan pemilih.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Ketiga calon presiden (kanan ke kiri) Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Debat menjadi momentum bagi kandidat untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerjanya guna meyakinkan pemilih.

Risalah pertemuan

Selepas konferensi pers, disampaikan siaran pers yang berisi lima poin risalah pertemuan Gerakan Nurani Bangsa dan Wapres Amin. Pertama, Gerakan Nurani Bangsa mengimbau para pemimpin di cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk menunaikan amanah dan kewajiban dengan memastikan agar transisi kepemimpinan melalui Pemilu 2024 berjalan damai, adil, jujur, dan bermartabat.

Kedua, Gerakan Nurani Bangsa mengimbau setiap warga bangsa memperkuat partisipasi dan solidaritas bersama untuk mengawal dan mengawasi pemimpin yang terpilih. Dan, pemerintahan yang terbentuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, kemakmuran, dan kemaslahatan bersama.

Ketiga, Gerakan Nurani Bangsa kembali menyampaikan kepada Wapres RI tentang Lima Amanat Ciganjur yang disuarakan dalam Peringatan Haul Ke-14 KH Abdurrahman Wahid pada 16 Desember 2023. Di antaranya, Pemilu 2024 harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagai perwujudan dari nilai ketuhanan sekaligus sebagai sarana membentuk pemerintahan dan pengelolaan negara yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, kemakmuran, dan kemaslahatan bersama.

Baca juga: Haul Gus Dur Ingatkan Hakikat Kekuasaan

Suasana peringatan Haul Ke-14 Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang digelar pada Sabtu (16/12/2023) di Ciganjur, Jakarta. Istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, serta tokoh agama Romo Benny Susetyo dan Pdt Gomar Gultom akan membacakan ”Amanat Ciganjur” yang berisi pesan-pesan demokrasi.
KOMPAS/HIDAYAT SALAM

Suasana peringatan Haul Ke-14 Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang digelar pada Sabtu (16/12/2023) di Ciganjur, Jakarta. Istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, serta tokoh agama Romo Benny Susetyo dan Pdt Gomar Gultom akan membacakan ”Amanat Ciganjur” yang berisi pesan-pesan demokrasi.

Keempat, Gerakan Nurani Bangsa mengimbau para calon pemimpin yang tengah berjuang meraih kepercayaan publik menjadikan momen transisi kepemimpinan ini sebagai sarana membuktikan dan merayakan nilai-nilai kepemimpinan luhur sebagaimana diteladankan para pendiri bangsa. Momen ini seyogianya pula menjadi sarana melahirkan gagasan dan langkah-langkah strategis berdampak jangka panjang bagi kehidupan bangsa, seperti pengentasan rakyat dari kemiskinan, mengatasi perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, pendistribusian kesejahteraan dan sumber daya secara adil, serta penghormatan hak dan martabat dasar manusia.

Kelima, Gerakan Nurani Bangsa mendorong agar Pemilu 2024 juga menjadi momentum memperkuat solidaritas dan konsensus nasional untuk mendorong penyelesaian kasus-kasus kebangsaan, seperti Papua. Para tokoh bangsa meminta pemerintah dan para pihak yang berkonflik di Papua melanjutkan proses penjajakan damai yang harus difasilitasi penengah terpercaya dan imparsial, termasuk oleh tokoh nasional dan para pemimpin perempuan, agama, dan adat Papua.

Editor:
ANTONIUS PONCO ANGGORO
Bagikan