Partai Baru Diterima Publik meski Perjalanan ke Parlemen Tidak Mudah
Konstelasi pemilihan presiden akan memengaruhi hasil pemilihan legislatif.
JAKARTA, KOMPAS — Hasil survei yang dilakukan oleh lembaga riset Median sebesar 40,6 persen menyebutkan kehadiran partai baru dibutuhkan. Selain karena pengaruh efek ekor jas pada pemilihan presiden, strategi dan program yang ditawarkan juga ikut mendongkrak elektabilitas partai tersebut.
Direktur Riset Median Ade Irfan Abdurahman dalam talk show ”Peluang Partai Baru Lolos ke Senayan”, di Jakarta, Rabu (10/1/2024), memaparkan survei yang mereka lakukan pada Desember 2023. Hasilnya, sebanyak 40,6 persen responden mengatakan partai politik baru masih dibutuhkan dan 32,5 persen menyatakan tidak dibutuhkan, serta 26,9 persen tidak menjawab.
”Kesimpulan kami akan ada partai nonparlemen atau partai baru akan masuk ke Senayan dalam Pemilu 2024,” kata Ade.
Baca juga: Peluang Partai Baru
Survei dilakukan pada 23 Desember 2023-1 Januari 2024. Adapun jumlah responden 1.500 orang dengan sistem tatap muka. Responden tersebar di 34 provinsi dengan margin of error 2,53 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Ade mengatakan, dari sekian banyak partai politik baru dan partai politik nonparlemen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Gelora mengalami kenaikan elektabilitas. November 2023, elektabilitas PSI 1,7 persen dan Gelora 1,6 persen. Namun, pada Desember, PSI naik menjadi 2,9 persen dan Gelora naik menjadi 2,8 persen.
Angka elektabilitas PSI dan Gelora mengungguli partai lama seperti Partai Persatuan Pembangunan, Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Indonesia, dan Partai Hati Nurani Rakyat.
Dalam Pilpres 2024, PSI dan Gelora merupakan partai pendukung pasangan calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Pada Pemilu 2019, PSI gagal masuk ke Senayan (DPR RI), sedangkan Gelora perdana mengikuti pemilu.
Ade mengatakan, satu pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah mengapa Anda memilih partai tersebut. Jawaban dari responden sangat beragam, mulai dari ketokohan pengurus hingga program yang ditawarkan.
Khusus untuk PSI, sebesar 47,6 persen menjawab alasan memilih PSI karena dianggap partainya anak muda. PSI memang mayoritas pengurus inti merupakan anak muda. Contohnya Ketua Umum Kaesang Pangarep masih berusia 28 tahun. Selain itu, jargon yang ditawarkan ”PSI Partainya Jokowi” juga ikut menaikkan elektabilitas partai. PSI juga melakukan kampanye sangat masif dengan menebar baliho menampilkan foto Presiden Joko Widodo dan anaknya, Kaesang.
Baca juga: Partai Baru Berjalan di Lorong Sempit
Ade menambahkan, sementara untuk responden memilih Gelora karena tertarik dengan gagasan yang ditawarkan dan ketokohan pengurus seperti Fahri Hamzah dan Anis Matta yang merupakan politisi senior. Sebelumnya Fahri dan Anis merupakan pengurus Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sekretaris Jenderal Gelora Mahfuz Sidik menuturkan, elektabilitas 2,8 persen versi Median memberikan harapan besar bagi mereka untuk lebih percaya diri bertarung di Pemilu 2024. Sebagai partai berusia 4 tahun, bagi Mahfuz, ini pencapaian yang besar.
”Kami merangkak dari nol. Capaian ini dari perjuangan panjang. Dua alasan orang memilih Gelora, yakni karena partai baru dan tertarik dengan program yang kami tawar,” ujar Mahfuz.
Mahfuz mengatakan, sejak awal partai ini dideklarasikan, mereka memperkenalkan Gelora dengan jargon partai baru lebih seru. Beberapa program yang diklaim menarik minat publik ialah kuliah gratis, memberantas buta huruf Al Quran, hingga program pemenuhan gizi untuk ibu hamil.
Mahfuz mengatakan, program yang mereka tawarkan ada titik temu dengan ide pembangunan Presiden Joko Widodo. Itu pula menjadi alasan mengapa Gelora mendukung Prabowo-Gibran yang akan melanjutkan pembangunan pemerintahan Jokowi.
”Hasil pilpres menjadi gambaran politik di Indonesia. Bisa saja partai lama akan yang terlempar dari Senayan dan partai baru masuk,” kata Mahfuz.
Baca juga: Personalisasi Politik di Antara Partai Baru
Sementara itu, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia Cheryl Tanzil mengatakan, pada Pemilu 2024 mereka lebih percaya diri dan optimistis bisa masuk ke parlemen. Perombakan pengurus inti, yakni pengangkatan Kaesang anak Jokowi menjadi ketua umum, memberikan suntikan modal dan moral bagi PSI.
”Tim kami baru, pengalaman juga sudah ada di 2019 sehingga kami lebih optimistis. Meski muda, kami belajar cepat. Segmentasi kami sangat besar di anak muda,” kata Cheryl.
Cheryl mengatakan, PSI mengusung ideologi antikorupsi dan antiintoleransi. Menurut dia, dua isu tersebut diterima oleh kalangan anak muda. Selain itu, jargon seperti ”Ikut Jokowi PSI dan PSI Partai Jokowi” membuat partai ini semakin dikenal masyarakat luas.
”Kami dukung Prabowo bukan hanya mengejar efek ekor jas, melainkan juga karena ada anak muda, Gibran,” kata Cheryl.
Baca juga: Reformasi Partai Politik