Manfaatkan Sisa Debat, Para Capres-cawapres Bakal Fokus Bicara Substansi
Tiap-tiap pasangan capres-cawapres akan memfokuskan debat keempat dan kelima pada substansi kampanye mereka.
JAKARTA, KOMPAS — Di sisa dua debat mendatang, setiap pasangan calon presiden-calon wakil presiden akan memanfaatkan waktu yang ada untuk fokus menyampaikan substansi kampanye. Dengan demikian, pemilih bisa lebih menangkap perbedaan gagasan yang diusung oleh tiap-tiap calon.
Merujuk jadwal Komisi Pemilihan Umum, tinggal dua debat lagi untuk kandidat Pilpres 2024 yang akan digelar, yakni debat keempat sebagai ajang debat antar-cawapres pada 21 Januari 2024. Debat kelima sebagai ajang debat antar-capres akan digelar pada 4 Februari 2024.
Tema debat keempat meliputi pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa. Kemudian, tema debat kelima mencakup kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Juru Bicara Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Muhammad Ramli Rahim, saat dihubungi dari Jakarta, Senin (8/1/2024), mengatakan, dalam debat-debat sebelumnya, pernyataan Anies tidak pernah keluar dari substansi. Setiap pernyataan Anies pun diusahakan ditopang dengan data dan tetap membawa gagasan perubahan yang diusungnya.
Teknik semacam itu akan terus dilakukan Anies di sisa debat mendatang. Hanya saja, mengingat masa kampanye semakin pendek dan tinggal tersisa satu kali penampilan debat capres ataupun untuk cawapres, Anies dan Muhaimin akan memaksimalkannya untuk menyampaikan inti gagasan dari setiap tema yang ada, serta tetap menampilkan gaya oposisinya.
Baca juga: Di Debat Capres, Beda Gaya Komunikasi Anies, Prabowo, dan Ganjar Makin Terlihat
”Jadi, dua debat nanti bicara substansi, tidak bicara hal-hal lain. Ini penting agar pesan kampanye kami juga tersampaikan ke publik. Debat juga terbukti bawa pengaruh ke elektabilitas Anies-Muhaimin sehingga mereka tentu akan tampil semaksimal mungkin,” ujar Ramli.
Beruntung, lanjut Ramli, dua tema debat terakhir nanti dikuasai oleh Anies ataupun Muhaimin. Sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies diyakini memahami seluk-beluk persoalan dalam dunia pendidikan dan kebudayaan. Begitu pula Muhaimin, juga dianggap sangat memahami persoalan masyarakat adat dan desa.
”Kami akan lebih menyampaikan program-program unggulan kami sehingga harapannya bisa semakin meyakinkan pemilih,” kata Ramli.
Tidak ada lagi pembatasan
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Budiman Sudjatmiko, pun menilai, Prabowo-Gibran akan lebih tampil optimal di sisa debat mendatang. Prabowo, misalnya, tidak akan lagi merasa harus merahasiakan data negara karena tema yang bakal didiskusikan tidak menyangkut kepentingan negara. ”Tidak akan ada pembatasan yang dilakukan Pak Prabowo dalam tema-tema itu karena risikonya (terhadap negara) berkurang,” kata Budiman.
Karena itu, Budiman meyakini, performa Prabowo pada debat berikutnya bisa menggaet para pemilih yang hingga saat ini belum menentukan pilihan.
Menurut Budiman, penampilan Prabowo pada debat Minggu (7/1/2024) malam merupakan konsekuensi karena capres nomor urut 2 itu berkomitmen terhadap negara. Bukan hanya menganggap soal pertahanan dan keamanan sebagai topik debat yang harus dibahas, melainkan juga sikap yang konsisten harus dijaga. Oleh karena itu, Prabowo tidak membuka hal-hal yang secara prinsip dan strategi tidak boleh disampaikan ke dunia luar.
Pertimbangan itu dinilai penting karena debat capres tidak hanya disaksikan oleh segelintir orang. Momentum itu juga diperhatikan banyak pihak, termasuk dari negara-negara lain yang berkepentingan untuk mengetahui rahasia negara. Dalam konteks itu, Prabowo harus memilah informasi mana yang layak, boleh, dan diizinkan untuk disampaikan kepada publik.
Baca juga: Peneliti CSIS: Capres Saling Serang, Gagasan Kurang Muncul dalam Debat
”Sehingga saat menghadapi dua capres lain yang bekerja keras untuk melakukan semua hal untuk menang, konsekuensinya Pak Prabowo ’dipojokkan’ atau ditempatkan seolah-olah tidak mampu berdebat dan tidak transparan,” ujar Budiman.
Direktur Juru Debat TKN Prabowo-Gibran itu melanjutkan, bagi Prabowo, sikap untuk menjaga rahasia negara terkait pertahanan dan keamanan jauh lebih penting ketimbang sekadar tampak cerdas saat berdebat. Oleh karena itu, gaya komunikasi Prabowo juga dinilai berbeda ketimbang debat pertama Desember lalu. Tak hanya itu, perbedaan juga terjadi saat membahas isu geopolitik dan hubungan internasional dibandingkan dengan pembahasan soal pertahanan.
”Pada debat pertama, Pak Prabowo bisa tampil apa adanya. Sedangkan dalam debat kedua, tanggung jawab sebagai patriot, prajurit, Menteri Pertahanan, anak buah Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo), itu mengharuskan beliau untuk menjaga diri. Bukan cuma ucapan, melainkan juga sikap,” ungkap Budiman.
Sekalipun ada risiko terkait penilaian publik terhadap performa debat Prabowo, Budiman mengakui, hal itu sudah diantisipasi oleh dewan pakar sebelumnya. Kemungkinan terjadinya serangan dari capres lain terhadap isu pertahanan dan keamanan sudah diperhitungkan.
Hindari serangan tidak perlu
Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Andi Widjajanto, pun mengklaim bahwa tema debat mendatang merupakan tema yang mudah bagi Ganjar ataupun Mahfud. Untuk tema debat keempat tentang lingkungan, misalnya, Mahfud sangat memahami isu lingkungan terutama dari sektor hukum. Begitu pula Ganjar yang diyakini sangat memahami tema debat kelima dengan isu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
”Nah, itu isunya Mas Ganjar bangetlah, ya. Isu yang dibilang bukan isunya Mas Ganjar di dua kali debat capres saja. Khususnya di debat ketiga kemarin, kan, isunya dikuasai Pak Prabowo, tetapi ternyata malah menjadi panggungnya Mas Ganjar,” tutur Andi.
Andi pun berharap agar debat mendatang lebih substantif dan tidak lagi menyerang kandidat secara personal. Ia memberikan contoh serangan yang tidak perlu dan harus dihindari itu ketika Prabowo berdebat dengan Anies.
”Pak Prabowo, kan, sampai bilang ’sorry (maaf) ye, sorry (maaf) ye, Mas Anies’. Nah, kemudian sering disebut, tetapi dengan nada yang negatif. Serangan-serangan personal lain terlihat ketika Pak Prabowo emosi ke Mas Anies, itu pun harus dihindari,” ucap Andi.
Justru, yang perlu diperkuat adalah serangan ke data, serangan ke kebijakan, seperti yang dilakukan oleh Ganjar. Di debat Minggu malam itu, Ganjar menunjukkan dengan rinci bagaimana sejumlah indeks terkait sektor pertahanan menurun dan jauh dari target.
”Jadi benar-benar ngotak-ngatikdata, ngotak-ngatik kebijakan, tidak melakukan serangan-serangan personal, terutama menunjukkan emosi-emosi yang tidak perlu, yang dalam debat satu dan debat tiga lebih sering dimunculkan Pak Prabowo, terutama ke Mas Anies,” ujar Andi.
Tentang skema debat, TPN setuju jika seandainya debat bisa difokuskan bukan menit ke menit untuk menjawab materi. Debat bisa dibuat, misalnya, di segmen dua berlangsung 15 menit, dan kemudian panelis mengeluarkan satu pertanyaan lalu moderatornya mempersilakan ketiga paslon untuk membahas pertanyaan dari panelis itu selama 15 menit secara bebas.
Lihat juga: Litbang ”Kompas”: Debat Pilpres Berpeluang Arahkan Dukungan Pemilih Bimbang
”Jadi, tidak ada dua menit untuk paslon (pasangan calon) nomor urut 1 menjawab, satu menit untuk paslon nomor urut 2 menanggapi, dan satu menit untuk paslon nomor urut 3 menanggapi. Jadi, akhirnya konsentrasinya itu bagaimana ngomong sesingkat mungkin dan sangat-sangat mengurangi substansi yang ingin disampaikan,” kata Andi.
Kemudian, bisa juga misalnya, di debat selanjutnya dibuat antarkandidat bebas berbicara selama 15 menit dan saling bersahut-sahutan sehingga tiap-tiap calon tidak bisa menghafal teks. ”Nanti, wah keren banget debatnya,” ucapnya.