Ikhtiar Anies-Muhaimin Merawat Warisan Peradaban Islam dan Budaya Jawa
Saat Anies berkunjung ke Ndalem Guron, salah satu bangunan saksi perkembangan Islam di Ponorogo, Jawa Timur, Muhaimin menyapa perajin gamelan di Magetan.
Ratusan orang memadati jalanan di sekitar Ndalem Guron di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (30/12/2023). Sejak pagi, mereka menanti Anies Rasyid Baswedan, calon presiden nomor urut 1, yang dijadwalkan hadir di Ndalem Guron yang berjarak sekitar 200 meter dari Masjid Jami’ Tegalsari, salah satu masjid tertua di Indonesia.
Mereka berteriak ketika kendaraan yang membawa Anies bersama istrinya, Fery Farhati, tiba di depan Ndalem Guron. Sebagian dari mereka mengabadikan kehadiran Anies menggunakan telepon seluler sambil berebut agar bisa berswafoto dan bersalaman dengan Anies.
Anies yang datang mengenakan batik berjalan pelan sambil menyalami dan melayani swafoto para pendukungnya. Setelah mendengarkan petugas menyampaikan tata tertib, Anies bersama Fery memasuki Ndalem Guron. Keduanya kemudian berkeliling melihat-lihat barang peninggalan Kiai Hasan Besari, seperti Al Quran besar yang disimpan dalam kotak kaca serta peninggalan lainnya yang tersusun rapi di setiap ruangan.
Cerita sejarah perkembangan Islam di Tegalsari, Ponorogo, yang terpampang di Ndalem Guron, tak luput dari perhatian Anies. Termasuk pula peran para ulama besar yang membangun dan mengasuh Pondok Pesantren Tegalsari.
Seusai menyaksikan pameran, Anies mengungkapkan bahwa ia datang sebagai pengunjung museum Ndalem Guron. Ia bersyukur mendapat kesempatan merawat bangunan bersejarah saksi sejarah perkembangan Islam di Tanah Air, khususnya Jawa Timur.
Ndalem Guron atau rumah guru dahulu merupakan tempat tinggal para guru atau pendidik keturunan Kiai Hasan Besari. Bangunan khas Jawa dengan atap trapesium itu didirikan sekitar tahun 1850.
Kiai Hasan Besari merupakan salah satu penyebar agama Islam di Ponorogo dan Madiun. Ia adalah cucu dari pendiri Masjid Jami’ Tegalsari dan Pesantren Gerbang Tinatar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Tegalsari, Kiai Ageng Muhammad Besari.
Kiai Hasan Besari merupakan kakek dari Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, tokoh pergerakan nasional Indonesia dan juga salah satu pendiri Sarekat Islam, salah satu organisasi tertua di Indonesia. Tjokroaminoto yang kemudian dikenal sebagai tokoh nasionalis itu merupakan guru dari Presiden pertama RI Soerkarno serta Semaoen, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Alimin, Musso, dan Tan Malaka.
Pada Juni 2023, Anies membeli Ndalem Guron lalu memperbaiki bangunan tersebut dengan tetap mempertahankan keasliannya, baik arsitek maupun interior rumah. Saat ini, Ndalem Guron sudah selesai direnovasi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berjanji menjadikan Ndalem Guron untuk kepentingan umum, khususnya sebagai pusat kegiatan kebudayaan keagamaan.
”Kita merasa mendapatkan karunia yang luar biasa. Perjalanan untuk merawat Joglo dari Kiai Besari yang sudah berusia ratusan tahun, hari ini kita membuka dan melihat-lihat artefak-artefak museum,” ujar Anies.
Baca juga: Di Madiun, Muhaimin Janji Atasi Masalah Kesejahteraan Petani
Menurut Anies, masyarakat bisa mendapatkan banyak manfaat dan pengetahuan jika berkunjung ke lokasi bersejarah tersebut. Ia mengajak masyarakat luas untuk berkunjung ke Ndalem Guron. ”Kami mengistilahkan museum itu waktu yang diubah jadi ruang. Mudah-mudahan museum ini memberi manfaat bagi semua,” tutur Anies
Sapa perajin gamelan
Sementara itu, calon wakil presiden Muhaimin Iskandar mengunjungi tempat pembuatan alat musik tradisional gamelan di sela-sela kampanye di Kabupaten Magetan, Jatim. Muhaimin menyapa para perajin yang tengah menghaluskan permukaan gamelan.
Proses pembuatan gamelan merupakan sebuah pekerjaan yang membutuhkan kerja sama yang solid. Ada ahli membakar dan mencetak bahan gamelan, tim pendukung, serta ahli finishing gamelan, serta pakar suara. Pekerjaannya punya bisa mencapai enam bulan untuk seperangkat gamelan. Seperangkat gamelan bisa dijual Rp 400 juta-Rp 1 miliar per set.
”Para perajin gamelan menjadi andalan di Magetan, yang dari dulu memproduksi dari nol, mulai dari cetakan, kemudian menghaluskan, menyetel nadanya, sampai menjadi satu paket gamelan. Ini yang dari bahan besi ada, bahan kuningan ada, dari bahan perunggu juga ada,” tutur Muhaimin.
Baca juga: Persaingan Diprediksi Ketat di Jatim, Anies-Muhaimin Yakin Menang
Menurut Muhaimin, seni dan budaya berupa alat musik tradisional gamelan harus terus dijaga. Salah satu kendala yang membuat gamelan kurang begitu dikenal karena minimnya promosi gamelan. Ia ingin agar produk gamelan bisa ditingkatkan lagi pemasarannya. Sebab, gamelan merupakan alat musik yang sudah lama ada di Nusantara sampai turun-temurun.
”Harganya beda-beda. Ini harus kita hargai dan kita promosikan terus tingkat nasional dan global,” ujarnya.
Ia akan mendorong agar alat musik tradisional gamelan bisa menjadi kurikulum ekstrakurikuler di sekolah. Begitu juga dengan seni dan budaya daerah yang lain. Menurut Muhaimin, gamelan harus dipromosikan melalui kegiatan-kegiatan di mancanegara untuk lebih terkenal.
”Salah satunya yang bisa kita lakukan adalah diplomasi kita menjadi pemasaran-pemasaran produk nasional salah satunya gamelan ini bisa laku di mancanegara,” kata Muhaimin.