logo Kompas.id
โ€บ
Politik & Hukumโ€บSaat "Banteng" Terusik Manuver...
Iklan

Saat "Banteng" Terusik Manuver Kader

PDI-P sebagai parpol modern dianjurkan untuk membuka ruang kompetisi yang sehat antarkader untuk tiket pencalonan presiden. Ini diyakini bakal mendewasakan kader, terutama saat menghadapi Pilpres 2024.

Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
ยท 1 menit baca
Tangkapan layar acara bincang-bincang Satu Meja The Forum, Rabu (8/6/2022) malam.
DIAN DEWI PURNAMASARI

Tangkapan layar acara bincang-bincang Satu Meja The Forum, Rabu (8/6/2022) malam.

Urusan pencalonan presiden pada 2024 menghangatkan suhu politik di internal PDI-P. Pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kerja Nasional Pro-Jokowi, Mei lalu, yang ditangkap internal PDI-P sebagai sinyal dukungan Jokowi kepada Ganjar Pranowo, kian menyulut bara yang ada. Relasi Jokowi dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sempat merenggang. Meski pada Selasa (7/6/2022) dan Rabu (8/6) relasi keduanya terlihat telah pulih, potensi friksi masih bisa terulang. Tak terkecuali dinamika di internal partai berlambang banteng tersebut.

Dalam acara Satu Meja The Forum bertajuk โ€Membaca Arah Politik Megaโ€ yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Rabu (8/6) malam, politisi PDI-P, Masinton Pasaribu, menegaskan, sesuai tradisi di PDI-P, capres dan cawapres yang akan diusung partai sepenuhnya menjadi hak prerogatif Megawati. Figur potensial capres yang mengantongi popularitas dan elektabilitas tertinggi berbasis survei bukan jaminan akan dipilih Megawati. Begitu pula jika figur itu memperoleh dukungan luas dari yang disebut sebagai kelompok sukarelawan.

Editor:
ANTONIUS PONCO ANGGORO
Bagikan