logo Kompas.id
Politik & HukumMendidik Pejuang-pejuang Baru ...
Iklan

Mendidik Pejuang-pejuang Baru Pemberantasan Terorisme

Strategi pemolisian komunitas diadopsi di berbagai negara. Upaya kolaboratif dapat meredam upaya organisasi teroris memengaruhi publik. Namun langkah itu harus diiringi upaya meningkatkan kepercayaan publik pada aparat.

Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/zrfHIq9P0QGzVi10uW0cd_ClKY4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2F20190509_TEROR_E_web_1557398410.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri berjaga di sebuah kios aksesori ponsel di Jalan KH Mochtar Tabrani, Bekasi, Jawa Barat, yang diduga milik pelaku teror, Kamis (9/5/2019).

Hampir dua dekade berdiri, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri tak pernah muncul ke hadapan publik. Pasukan korps berlambang burung hantu itu selalu tampil dengan seragam serba hitam, helm, dan penutup wajah serta menggendong senjata laras panjang. Kerja-kerja ”bawah tanah” diutamakan untuk mencari dan memetakan jejaring kelompok teror.

Namun, ada yang berbeda memasuki tahun 2022. Polisi antiteror mulai menampilkan kerjanya dalam bentuk lain, yakni mendidik auktor-auktor baru di hulu pemberantasan terorisme. ”Era sudah berubah. Kami tidak bisa sekadar menangkap pelaku teror saja, tetapi juga harus mencegah penyebaran paham radikal yang berkembang di masyarakat,” kata Kepala Subdit Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 Antiteror Polri Komisaris Besar Ponco Ardani seusai menyelenggarakan Workshop Kebangsaan di Jakarta, Kamis (13/1/2022) sore.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan