logo Kompas.id
Politik & HukumSaat Matahari Lebih Berharga...
Iklan

Saat Matahari Lebih Berharga dari Emas di Nusakambangan

Narapidana kelas kakap di Nusakambangan harus menghabiskan sebagian besar waktunya di sel tertutup tanpa jendela atau lubang angin apa pun. Kesempatan menikmati paparan sinar matahari dirasa lebih berharga daripada emas.

Oleh
Nikolaus Harbowo/Kurnia Yunita Rahayu
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ETAQwMzJq0_jOHmj0Q7WbwP43Mk=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F79c0e0a9-c968-49e4-b6c1-eee4adb6011d_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Warga binaan membuat batik bermotif virus Covid-19 di Lembaga Pemasyarakatan Medium Security Kelas IIA Permisan di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (15/12/2021). Warga binaan yang menjalani hukuman di lapas tersebut mendapat berbagai pelatihan keterampilan, seperti membatik, membuat keset, membuat sabun, menjahit, kerajinan kaligrafi, dan membuat roti.

Sang surya baru tampak menyeruak dari balik tembok tinggi Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Kelas IIA Permisan di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, saat ”jam naik” tiba. Kesempatan berharga itu tak disia-siakan oleh Edi Setiono alias Abbas (61). Ia bergegas ke ruangan yang telah disulap jadi bengkel kerja di luar bangunan utama lapas tempat ia dan 463 warga binaan lainnya ditahan.

”Jam naik” merupakan sebutan untuk waktu yang diberikan pihak lapas bagi warga binaan untuk mengasah keterampilan diri. Setiap hari, ada dua sesi ”jam naik”. Sesi pertama dari pukul 07.30 hingga 11.30, kemudian sesi kedua pukul 13.00 hingga 15.00. Warga binaan bisa memilih berkegiatan di salah satu sesi, tetapi bisa pula mengambil dua sesi sekaligus. Setidaknya ada 11 jenis kegiatan yang bisa dipilih warga binaan, seperti membuat batik, menjahit, atau membuat sabun seperti dilakoni Abbas.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan