logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊTiba-tiba Giring, dari Capres ...
Iklan

Tiba-tiba Giring, dari Capres lantas Ketua Umum PSI

Pemilihan ketua umum PSI tak seperti partai politik lainnya. Hanya diputuskan segelintir orang sehingga dinilai kontradiktif dengan desain awal partai yang egaliter. Kontras pula dengan citra PSI.

Oleh
Dian Dewi Purnamasari
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6WJXCrKXpqGuuctiN3nI8MH_2ww=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2Fec0abdec-e7f2-40ca-bcae-63e4e590b188_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Direktur Pembinaan Peran Serta Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Kumbul Kusdwijanto Sudjadi menyampaikan materi saat sosialisasi penerapan Sistem Integritas Partai Politik di Kantor DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jakarta, Jumat (16/4/2021).

Pertengahan November lalu, Partai Solidaritas Indonesia atau PSI kembali menghadirkan kejutan. Giring Ganesha, eks vokalis grup band Nidji yang telah diputuskan PSI menjadi calon presiden untuk Pemilu 2024, diumumkan sebagai ketua umum baru partai tersebut. Tak seperti partai politik lainnya, pemilihan ketua umum bukan melalui kongres atau musyawarah nasional yang melibatkan seluruh pengurus daerah hingga pusat. Gaya pemilihan PSI ini diklaim sebagai inovasi politik, tetapi justru dipandang mempraktikkan gaya lama.

Melalui akun resminya di Twitter, 16 November lalu, PSI menyiarkan pengumuman penting terkait perubahan di posisi puncak PSI. Grace Natalie, yang sejak PSI berdiri tujuh tahun lalu menjabat ketua umum, naik jabatan menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina. Sebagai gantinya adalah Giring yang baru empat tahun menjadi bagian dari PSI.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan