logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊKami Meretas, maka Kami Ada
Iklan

Kami Meretas, maka Kami Ada

Meretas bukan sekadar tentang pelanggaran hukum karena merusak situs sasaran. Ada cerita yang kaya di balik itu semua, salah satunya adalah betapa besarnya potensi remaja Indonesia di dunia teknologi informasi.

Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM/ INSAN ALFAJRI/DHANANG DAVID ARITONANG/ ANDY RIZA HIDAYAT
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/67FH1TaR9rQM9v2NmDkateRpkKQ=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F1b4c60f6-32f2-4b81-92d9-8a0ebdc07628_jpg.jpg
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM

Kepala Bidang Infrastruktur Teknologi Informatika dan Komunikasi Dinas Informatika dan Komunikasi Kabupaten Malang Tri Darmawan Sambodho memperlihatkan perbincangannya dengan penjual data kependudukan Kabupaten Malang di ruangannya, Kamis (30/9/2021). Ribuan data warga Kabupaten Malang ditawarkan di forum penjualan data setelah sebelumnya terjadi peretasan di situs kependudukan Kabupaten Malang.

Di dunia peretasan, Apep (14), bukan nama sebenarnya, menemukan eksistensinya. Remaja pendiam itu mendirikan dan mengetuai kelompok peretas bernama Evoush666Crew yang terdiri atas enam orang.

Pada 2021, setidaknya kelompok tersebut telah meretas sekitar 40 situs pemerintah. Berkebalikan dengan keaktifannya di dunia peretasan, Apep merasa tak punya kehidupan di dunia nyata. Remaja itu merasa sulit berteman. Apep tak suka di sekolah dan tak nyaman di rumah. Hampir setiap hari ia mendengar orangtuanya bertengkar.

Editor:
Andy Riza Hidayat
Bagikan