logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊPara Pendiri Bangsa, Buku, dan...
Iklan

Para Pendiri Bangsa, Buku, dan Politisi Masa Kini

Kegemaran membaca buku jadi salah satu karakter yang khas dari para pendiri bangsa. Buku membantu mereka menyintesiskan pemikiran dan mengolah pengetahuan. Bagaimana dengan politisi di era masa kini?

Oleh
RINI KUSTIASIH & IQBAL BASYARI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/sn090f_z-j29AMpTRKLek8g72V0=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2Fkompas_tark_5630244_47_1.jpeg
Kompas

Koleksi buku yang kebanyakan berbahasa Belanda di rumah pengasingan yang ditempati Proklamator bangsa Indonesia Soekarno di Kelurahan Anggut, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu, Jumat (7/2/2014). Bung Karno menempati rumah itu pada tahun 1938-1942.

Sejarah mencatat, bagi para pendiri bangsa di awal abad ke-20, buku tak sekadar teman di kala senggang, tetapi menjadi kebutuhan dalam perjuangan. Mohammad Hatta, proklamator yang juga Wakil Presiden Pertama RI, meminta 16 peti bukunya diangkut dengan kapal guna dibawa ke tempat pembuangan di Boven Digul. Hatta mengisi waktu-waktu pengasingannya dengan menyibukkan pikiran bergumul dengan buku-buku itu. Buku-buku itu pula yang menjaga pikirannya tetap jernih, sekaligus menguatkannya di tahun-tahun pembuangan.

Soekarno juga begitu gemar membaca. Proklamator dan Presiden RI pertama ini dikenal sebagai seorang polyglot. Ia menguasai sejumlah bahasa, dan membaca buku dalam bahasa aslinya. Ia tak kesulitan memahami buku-buku itu berkat kegilaannya membaca sedari kecil, dengan menyimak buku-buku di perpustakaan ayahnya.

Editor:
Antony Lee
Bagikan