logo Kompas.id
Politik & HukumKepemimpinan yang Membebaskan
Iklan

Kolom Politik

Kepemimpinan yang Membebaskan

Semua pemimpin bangsa mempunyai warisan dan kontribusi untuk negeri. Namun, yang perlu dicatat, legacy untuk negeri tidak terkait dengan dengan lamanya masa jabatan seorang presiden.

Oleh
Budiman Tanuredjo
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/JOw7vliHHR7SL9wHHMZ3Bry5rcs=/1024x1214/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2F20190118iam-bdm_1547801486-e1582964965583.jpg
KOMPAS/ILHAM KHOIRI

karikatur Budiman Tanuredjo

Indonesia ada karena keberagaman. Karena itu, yang beda jangan disama-samakan, yang sama jangan dibeda-bedakan.

Apa yang pernah dikatakan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) disampaikan kembali oleh putri Gus Dur, Alissa Wahid, dalam percakapan di IGTV bersama mantan aktivis demokrasi—kini juru bicara Presiden—Fadjroel Rachman. Bicara Imlek di Indonesia tak bisa dilepaskan dari Presiden Gus Dur. Masa jabatan Presiden Gus Dur singkat. Ia menjabat 20 Oktober 1999-23 Juli 2001. Singkatnya masa jabatan bukan berarti tak ada legacy untuk bangsa.

Editor:
Antony Lee
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 2 dengan judul "Kepemimpinan yang Membebaskan".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...