logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊTertawalah Sebelum Tertawa Itu...
Iklan

Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang

Respons otoritas terhadap olok-olok menjadi cermin otoritas dalam menghidupi demokrasi. Maka, tindakan berlebihan polisi terhadap Ismail Ahmad yang mengunggah guyonan Gus Dur soal polisi jujur hendaknya tak terulang.

Oleh
Edna C Pattisina
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GgHzgrOygTcTrJjXCDUhIvXfNJU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2Fea75117e-9f26-4092-bb08-b564badc2269_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Mural Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur menghiasi kedai kopi di kawasan Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (30/5/2020).

Humor Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tentang polisi jujur rupanya dianggap tidak lucu oleh Kepala Polres Kepulauan Sula Ajun Komisaris Besar Muhammad Irvan dan jajarannya. Ismail Ahmad (41) pun dipanggil ke kantor polisi dan disuruh meminta maaf terkait unggahannya di Facebook.

Ismail pun meminta maaf. Walau kepada media ia menjelaskan, lelucon itu ia unggah ke laman Facebook-nya karena merasa isinya cocok dengan yang ia rasakan. Lelucon yang sudah berusia puluhan tahun itu diciptakan dan berkali-kali dilontarkan Gus Dur. ”Hanya tiga polisi jujur di Indonesia: patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng,” kata Gus Dur.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan