logo Kompas.id
Politik & HukumGus Sholah, NU, dan Persatuan
Iklan

Gus Sholah, NU, dan Persatuan

Gus Sholah dikenang sebagai sosok yang menjadi ”obor” persatuan bangsa. Warga nahdliyin dan bangsa Indonesia kehilangan sosok Gus Sholah yang konsisten memperjuangkan persatuan di tengah keberagaman.

Oleh
Rini Kustiasih/Nikolaus Harbowo
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/y6t54laRC7QnSLLAW8cIqvyaBl4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FSeminar-Nasional-Silang-Pendapat-Makna-Radikalisme_86998797_1580750341.jpg
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

KH Salahuddin Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, saat memberi sambutan dalam Seminar Nasional Silang Pendapat Makna Radikalisme, Sabtu (21/12/2019), di Pondok Pesantren Tebuireng. Gus Sholah berpulang pada Minggu (2/2/2020) malam.

Tulisan opini terakhir KH Salahuddin Wahid di harian Kompas, 27 Januari 2020, cukup banyak disebarkan di media sosial oleh warganet yang berduka atas berpulangnya tokoh nahdliyin yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Sholah ini. Tulisan Gus Sholah yang bertajuk ”Refleksi 94 Tahun NU” itu secara garis besar mengajak Nahdlatul Ulama kembali ke khitah.

”NU sebaiknya tidak terlibat dalam politik praktis dan tetap berada di wilayah masyarakat madani. Sikap istikamah dan konsisten bergiat membuat NU bermartabat dan efektif menjadi jangkar bangsa Indonesia,” tulis Gus Sholah di pengujung artikel tersebut.

Editor:
Bagikan