Perjalanan
Mal Samaritaine, Ketika Baja-baja Bercerita
Mal Samaritaine, Paris, menjadi salah satu ikon tentang keteguhan dan daya tahan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F10%2F04%2F3200aace-1bc2-4c00-a003-a749bb17d7b0_jpg.jpg)
Lukisan memenuhi dinding pada lantai paling atas Mal Samaritaine di Paris, Perancis, Kamis (3/10/2024). Gambar burung merak, pohon, dan bunga menjadi figur dominan.
Pada hari kesekian di Paris, Perancis, hari tampak galau, kadang mendung kadang terang. Sebagian dari kami, rombongan Pintu Incubator yang terdiri dari dua desainer muda (Kanya Pradipta dari Senses dan Elizabeth Marcellina dari Enigma), empat wartawan, dan beberapa rekan lain sempat mengira suhu udara cukup hangat. Sebab, pada aplikasi prakiraan cuaca disebut suhu sekitar 18 derajat celsius. Rupanya suhu itu lebih dingin dari dugaan kami karena angin berembus kencang.
Bisa dibilang beruntung karena hari itu, Kamis (3/10/2024), kegiatan kami banyak di dalam ruangan. Setelah mampir ke Menara Eiffel yang diliputi mendung dan angin, kami meluncur ke Mal Samaritaine. Salah satu mal bersejarah di Paris. Siang yang dingin dan berangin itu, kami masuk mal yang langsung disambut oleh udara hangat dan aroma wangi. Pendiri Pintu Incubator sekaligus pendiri Lakon Indonesia, Thresia Mareta, turut dalam rombongan. ”Selamat datang, saya akan mengajak kalian keliling mal. Semoga kalian cukup kuat berjalan,” kata Sophie Lafaure van Moorsel, staf bagian pengantar tamu keliling mal.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 13 dengan judul "Mal Samaritaine, Ketika Baja-baja Bercerita".
Baca Epaper Kompas