logo Kompas.id
Perjalanan”Higan”, yang Hidup dan Mati...
Iklan

”Higan”, yang Hidup dan Mati di Hiroshima

Manusia-manusia Hiroshima membangun hidup di kota yang menolak mati meski diremuk tragedi.

Oleh
AGNES THEODORA
· 1 menit baca
 Suasana di salah satu persimpangan jalan kota Hiroshima, Jepang, di tengah kesunyian hari ekuinoks musim gugur, Senin (23/9/2024). Memiliki sejarah tragedi yang kelam, Hiroshima kini bangkit sebagai kota yang menawarkan ketenangan, kenyamanan, dan keindahan tersendiri.
KOMPAS/AGNES THEODORA

Suasana di salah satu persimpangan jalan kota Hiroshima, Jepang, di tengah kesunyian hari ekuinoks musim gugur, Senin (23/9/2024). Memiliki sejarah tragedi yang kelam, Hiroshima kini bangkit sebagai kota yang menawarkan ketenangan, kenyamanan, dan keindahan tersendiri.

Ke mana perginya semua orang? Itu pertanyaan pertama yang terbersit di benak, pagi pertama saya bangun di Hiroshima, Jepang. Bagaimana tidak, jalan besar di dekat hotel saya menginap sunyi sepi. Padahal, itu hari Senin dan saya berada di pusat kota. Bukankah semestinya jalanan ramai dengan pekerja dan anak-anak sekolah yang hilir mudik bersiap menyambut hari?

Barulah ketika sarapan, saya tahu bahwa Senin itu adalah hari libur nasional. Jepang sedang memperingati hari ekuinoks musim gugur (autumnal equinox day) atau awal musim gugur yang jatuh setiap 23 September.

Editor:
BUDI SUWARNA
Bagikan