logo Kompas.id
Paparan TopikBarongsai: Filosofi, Budaya,...
Iklan

Barongsai: Filosofi, Budaya, dan Modernitas

Barongsai bagi masyarakat Tionghoa diyakini membawa keberuntungan dan menghalau keburukan. Pada masa lalu, popularitasnya sempat hilang selama tiga dekade, namun kini kembali populer pada saat Tahun Baru Imlek.

Oleh
Kendar Umi Kulsum
· 1 menit baca
Atraksi barongsai dari Kelompok Kong Ha Hong menghibur pengunjung Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (17/2/2018). Selain untuk menarik minat warga agar mengunjungi Ancol, pertunjukan tersebut digelar dalam rangka menyambut Imlek 2569.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Atraksi barongsai dari Kelompok Kong Ha Hong menghibur pengunjung Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (17/2/2018). Selain untuk menarik minat warga agar mengunjungi Ancol, pertunjukan tersebut digelar dalam rangka menyambut Imlek 2569.

Istilah barongsai hanya ada di Indonesia. Di tempat asalnya di sebut Wu Shi, sementara di mancanegara dikenal dengan istilah Lion Dance. Dalam setiap pertunjukan, barongsai dimainkan oleh dua orang, satu orang sebagai kaki depan dan penggerak barong, sementara satu orang lagi sebagai kaki belakang dan tubuh barong.

Dalam aksinya, barongsai biasanya didampingi oleh tarian naga atau disebut liong yang merupakan rangkaian gerak oleh sembilan orang dengan permainan naga tiruan yang terbuat dari kain. Untuk mengiringi gerak langkah barong dan naga selalu diiringi oleh musik yang biasanya dimainkan oleh 10 orang (Kompas, 24 Agustus 2004, “Barongsai Nagasakti, Hanya Beramal dan Berkesenian”).

Editor:
Topan Yuniarto
Bagikan