”Offensive Realism” dalam Keunggulan Daya Saing
Strategi ofensif memang mungkin dapat mendatangkan daya saing, tapi siapkah perusahaan menangani risikonya?
Istilah offensive realism pertama kali dicetuskan oleh John Mearsheimer (2001) yang mengatakan bahwa dunia ini dipenuhi oleh negara-negara yang berlomba-lomba menjadi negara hegemoni, yaitu negara yang mendominasi negara-negara lain. Perlombaan ini terjadi karena tak adanya otoritas yang mampu menerapkan aturan-aturan yang telah disepakati bersama untuk mengatur kedisiplinan perilaku setiap negara.
Oleh karena itu, menurut Mearsheimer, dunia sudah menjadi anarkistis. Seharusnya otoritas yang dimaksud adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tetapi lihat saja genosida rakyat Palestina oleh Israel. Sudah berapa banyak rakyat Palestina dibunuh akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023? PBB tak bisa berbuat apa-apa karena Dewan Keamanan (DK) PBB selaku badan tertinggi PBB yang menjaga perdamaian dan keamanan internasional tak kunjung mampu menyepakati resolusi karena diveto oleh Amerika Serikat. Veto ini menunjukkan hegemoni negara ”Paman Sam” yang dengan anarkistis mengorbankan puluhan ribu rakyat Palestina.