logo Kompas.id
OpiniSpekulasi Lonjakan Pendanaan...
Iklan

Spekulasi Lonjakan Pendanaan ”Start Up” Pascakeputusan The Fed

Perusahaan rintisan di Indonesia harus lebih sabar karena investor dari luar mulai terlihat lebih memilih negara lain.

Oleh
ANDREAS MARYOTO
· 1 menit baca
Layar LED yang menampilkan data bursa, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan, Kamis (19/9/2024). IHSG tumbuh positif selepas kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia dan The Fed sehari sebelumnya.
KOMPAS/ERIKA KURNIA

Layar LED yang menampilkan data bursa, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan, Kamis (19/9/2024). IHSG tumbuh positif selepas kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia dan The Fed sehari sebelumnya.

Pascapenurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed sebesar 50 persen, banyak kalangan berspekulasi soal dampak tindakan moneter itu. Logika paling sederhana, orang cenderung akan menggerakkan uang ke instrumen investasi yang memberi imbal hasil lebih besar. Apakah pendanaan usaha rintisan atau start up akan melonjak?

Hampir lima tahun pendanaan usaha rintisan bergerak tak kencang. Perusahaan modal ventura (VC) pascakasus WeWork tahun 2019 lebih berhati-hati menggelontorkan dana di usaha rintisan. Apalagi ditambah kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga setelah itu selama beberapa kali, pendanaan usaha rintisan makin seret. Perusahaan investasi mengarahkan dananya ke instrumen-instrumen lain, termasuk obligasi yang lebih menarik. Hingga muncul istilah musim dingin pendanaan usaha rintisan.

Editor:
ANDREAS MARYOTO
Bagikan