logo Kompas.id
โ€บ
Opiniโ€บAgama dan Transhumanisme
Iklan

Agama dan Transhumanisme

Persimpangan agama dan transhumanisme menawarkan bidang eksplorasi yang kaya dan potensi kolaborasi.

Oleh
SITI MURTININGSIH
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/32L3w70uo4q8FktrIEcP7eW6ONA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F09%2F13%2F14a1e14c-45a4-4f8d-9ed7-21ea3691e0dc_jpg.jpg

Gilgamesh, seorang raja di Mesopotamia, berusaha untuk menemukan cara agar bisa hidup abadi.

Dia tahu ada satu cara alami untuk menjadi abadi, yaitu dengan menggunakan herba yang tumbuh di dasar lautan. Dia pun berhasil mendapatkan herba itu. Sayangnya, sebelum sempat dia makan, herba itu diambil oleh seekor ular. Itulah kisah mitologis yang dikutip filsuf Universitas Oxford, Nick Bostrom, dalam artikelnya, โ€A History of Transhumanist Thoughtโ€ (2005).

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan